Kamis 03 Aug 2017 23:27 WIB

Buku Ibnu Sina Populer di Venesia

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agung Sasongko
Pria duduk di tengah banjir di Piazza San Marco, Venesia, paad 16 Oktober 2016. Venesia mengalami acqua alta pertamanya tahun ini dengan air naik 93 cm di atas pemukaan laut, menyebabkan sejumlah area banjir.
Foto: EPA
Pria duduk di tengah banjir di Piazza San Marco, Venesia, paad 16 Oktober 2016. Venesia mengalami acqua alta pertamanya tahun ini dengan air naik 93 cm di atas pemukaan laut, menyebabkan sejumlah area banjir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain menjadi pusat perdagangan, Venesia saat itu juga merupakan pusat penerbitan di Eropa. Dari kota ini terbit banyak buku karya ilmuwan Muslim yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin ataupun Italia.

Menurut seorang kurator Italia, Stefano Carboni, salah satu yang paling populer adalah Canon Avicenna atau Kanun Ibnu Sina, buku referensi kedokteran yang sangat penting pada masa itu. Buku ini ditulis pakar kedokteran Islam, Ibnu Sina.

Karya lain yang laku keras adalah sebuah buku yang mengomentari pemikiran Aristoteles dari filsuf Muslim asal Kordoba, Averroes atau Ibnu Rusyd. Bahkan, sebuah penerbit buku lokal telah mencetak dan menerbitkan Alquran pada 1537.

Sayangnya, Alquran terjemahan itu penuh dengan kesalahan dan terbitan edisi pertama itu gagal total. Tapi, yang patut dicatat, langkah pertama yang gagal tersebut telah menginspirasi terbitnya terjemahan Alquran ke dalam bahasa Italia pada 1547.

“Hingga abad ke-15 dan seterusnya, penerbit buku di Venesia telah mencetak berbagai risalah Islam di bidang kedokteran, filsafat, astronomi, dan ma tematika,” jelas Giando me nico Romanelli, direktur Museum Correr di Venesia.Museum Correr merupakan salah satu museum di dunia yang menyimpan berbagai karya seni dan budaya Islam. ‘’Venesia ada lah engsel yang menyatukan dunia Timur dan Barat,” kata Romanelli.

Ia berpendapat, kunci keberhasilan perdagangan Venesia saat itu adalah tidak pernah menganggap diri mereka sebagai pesaing. “Ketika dunia Islam membutuhkan perluasan bisnis, Venesia membuka ruang itu dengan mengambil sikap lebih toleran dalam hal agama,’’ katanya.

Demikian pula ketika ratusan tahun bangsa Eropa memusuhi Muslim melalui Perang Salib, sambung Romanelli, Venesia tetap menjalin hubungan dagang dengan kaum Muslim. Begitu pun, ketika Vatikan membatasi perdagangan dengan umat Islam, Venesia mengambil sikap berbeda. Venesia menolak larangan perdagangan itu dengan diam-diam melakukan perdagang an dengan kaum Mus limin melalui Pulau Siprus dan Kreta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement