Selasa 25 Jul 2017 04:43 WIB

Kesaksian Budak Muslim di Amerika

Rep: Lida Puspaningtyas/Berbagai Sumber/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi budak kulit hitam Amerika Serikat.
Foto: american-slavery
Ilustrasi budak kulit hitam Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Meski upaya untuk memberangus berbagai bentuk keislaman terjadi secara masif, bukti-bukti tentang keberadaan umat Islam di Amerika tetap ada.

"Asal usul Islam dalam sejarah Afrika dan Amerika tetap terdokumentasikan,'' kata Nathan W Murphy dalam tulisannya pada 2013 ten tang asal usul Muslim Afrika-Amerika, sebagaimana dilansir laman islamreligion.com.

Bukti-bukti itu antara lain berupa tulisan tangan ayat Alquran dalam buku milik budak Afrika. Buku ini menunjukkan betapa tinggi pendidikan si penulis sebelum ia terseret perdagangan manusia. Selain itu, ada banyak nama-nama Islam dalam daftar orang hilang di Amerika saat itu.

Pada 1984, Dr Allan D Austin memublikasikan buku berjudul African Muslims in Ante bellum America: A Sourcebook. Buku ini memuat foto-foto, dokumen, peta, hingga tulisan yang membuktikan bahwa Muslim Afrika terjebak dalam perdagangan budak pada 1730 hingga 1860.

Buku ini diperbarui pada 1997 dengan judul African Muslims in Antebellum America: Tran satlantic Stories and Spiritual Struggles. Isinya diperkaya dengan biografi singkat dan kesaksian budak Muslim di Amerika.

Salah satu kesaksian berasal dari Ayub bin Sulayman. Ia lahir sebagai Ayub bin Sulayman bin Ibrahim pada 1702 di tempat yang sekarang menjadi Senegal. Dia berasal dari keluarga ilmuwan agama.

Di usia 15 tahun, ia sudah menjadi seorang imam bersama ayahnya. Saat melakukan eks pedisi perdagangan, Ayub ditangkap di wilayah musuh dan dijual kepada orang Inggris. Dia kemudian dijual lagi untuk bekerja di ladang tembakau di Maryland, Amerika.

Meski dipaksa, dia menolak masuk agama Kristen. Ia berdoa secara terang-terangan dan mengikuti panduan Islam. Ayub sempat lari dari perkebunan tempatnya diperbudak. Namun, upayanya untuk kabur gagal. Ia kemudian dikembalikan ke tuannya.

Dalam kesedihan, ia menulis sepucuk surat kepada ayahnya dan surat ini ditemukan oleh se orang dermawan Inggris bernama James Oglethorpe. Pria inilah yang kemudian membantu membebaskan Ayub dengan mengajaknya pulang melalui Inggris.

Dalam perjalanan dengan kapal ke Inggris, Ayub diajari menulis dalam bahasa Inggris. Ia juga menulis ayat-ayat Alquran berdasarkan hafalannya.

Setelah lepas dari belenggu perbudakan, dia aktif menyeru masyarakat untuk mengenal dan mendalami Islam. Kala itu, ia pun terpilih menjadi anggota Spalding Gentlemen's Society, yang kemudian menempatkannya di perusahaan Sir Isaac Newton dan Alexander Pope.

Selain kisah Ayub, ada juga kisah tentang mantan budak Muslim lainnya, Yarrow Ma mout. Kisah tentang dia berasal dari percakap annya dengan seniman yang melukis potretnya, Charles William Peale.

Dikisahkan, Mamout adalah sosok yang santun dan berperilaku baik. Sejauh ini, tidak di ketahui secara pasti dari Afrika bagian mana ia berasal. Setelah bebas dari perbudakan, ia berhasil membeli rumah di Georgetown. Pada Desember 1807, ada juga kisah se orang pria bernama S'Quash dibawa ke South Carolina.

Dia dikenal sebagai penunggang kuda yang hebat, terpelajar, dan piawai berbahasa Arab. Sejarawan merujuk pada pernikahannya dengan seorang budak Muslim dari Sudan untuk menunjukkan bahwa dia juga seorang Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement