Selasa 25 Jul 2017 04:59 WIB

Budak Muslim Amerika Berasal dari Kalangan Terpelajar

Rep: Lida Puspaningtyas/Berbagai Sumber/ Red: Agung Sasongko
Foto kuno perbudakan di masa perang sipil di Amerika
Foto: ap
Foto kuno perbudakan di masa perang sipil di Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunitas Muslim Afrika yang terjebak dalam perbudakan di Amerika tak sedikit yang berasal dari kalangan terpelajar. Hal ini terlihat dari dokumentasi yang terkumpul selama puluhan tahun.

Tak mudah menemukan serpihan-serpihan sejarah dari abad 18, saat perbudakan di Amerika merajalela. Namun, semakin hari semakin banyak dokumen bertuliskan bahasa Arab ditemukan dari seluruh penjuru Amerika Serikat.

Secercah cahaya sejarah pun semakin terang. Dilansir dari tulisan Allan D Austin pada 1997 berjudul African Muslim in Antebellum America: Transatlantic Stories and Spiritual Struggles, dokumen-dokumen berbahasa Arab itu lama terkubur di gudang-gudang dan atap-atap rumah.

Bukti-bukti keberadaan budak Muslim itu teronggok di dalam arsip-arsip dan perpustakaan tua. Koleksi dokumen baru muncul pada akhir abad 20. Isinya beragam, mulai dari petikan ayat Alquran, cerita biografi, surat pribadi, hingga surat permohonan untuk pemimpin Muslim di wilayah itu.

Sayangnya, surat-surat itu sebagian besar terkubur dan tidak pernah sampai ke tujuan. Nasibnya hanya bisa terselip di antara debu dan kertas-kertas arsip, terbungkus dalam kotak yang memenuhi lemari selama berpuluh-puluh tahun. Kabar baiknya, surat itu menjadi bukti keberadaan pemiliknya di sana.

Dalam beberapa tulisan, si pemilik surat bercerita tentang mengerikannya perjalanan mereka dari Afrika. Dari surat-surat itu pula diketahui bahwa banyak dari mereka yang berasal dari kalangan terpelajar. Ada cendekiawan Alquran, pemimpin kelompok Muslim, hingga pemimpin suku. Ada pula pengusaha, ahli bangunan, hingga ahli militer.

Karena itu, tidak aneh ketika kemudian ditemukan sejumlah bukti bahwa banyak dari budak Muslim ini yang menjadi orang-orang penting di dunia kerja Amerika. Mereka punya kemampuan yang mumpuni, sehingga bisa naik ke hierarki yang tinggi di lingkungan kerja mereka.

"Meski demikian, jenjang karier mereka tetap lebih rendah dibanding orang-orang kulit putih," tulis Sylviane A Diouf dalam bukunya yang terbit pada 1998, Servant of Allah: African Muslims Enslaved in the Americas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement