Rabu 12 Jul 2017 14:51 WIB

Menelusuri Jejak Budak Muslim di Amerika (Bagian 3)

Rep: LIDA PUSPANINGTYAS/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi budak kulit hitam Amerika Serikat.
Foto: american-slavery
Ilustrasi budak kulit hitam Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, Sejumlah kisah yang terdokumentasikan telah membuktikan bahwa Muslim Afrika terseret dalam perdagangan budak ke Amerika pada abad 18. Beberapa kisahnya tercatat dalam buku berjudul African Muslims in Antebellum America: Transatlantic Stories and Spiritual Struggles.

Salah satunya menceritakan kisah Ayub Ben Solomon. Ia lahir sebagai Ayyub ibn Sulayman ibn Ibrahim sekitar tahun 1702 di tempat yang sekarang menjadi Senegal. Dia berasal dari keluarga ilmuwan agama.

Pada usia 15 tahun ia sudah menjadi seorang imam bersama ayahnya. Saat melakukan ekspedisi perdagangan, Ayub ditangkap di wilayah musuh dan dijual pada orang Inggris. Dia kemudian dijual lagi untuk bekerja di ladang tembakau Maryland.

Dia tidak masuk agama Kristen meski dipaksa. Ia berdoa secara terang-terangan dan mengikuti panduan Islam. Ayub sempat lari dari perkebunan tempatnya diperbudak hanya untuk ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. Ia kemudian dikembalikan ke tuannya.

Dalam kesedihan ia menulis sepucuk surat kepada ayahnya dan surat ini ditemukan oleh seorang dermawan Inggris bernama James Oglethorpe. Pria ini membantu membebaskan Ayub yang kemudian memulai perjalanan pulang melalui Inggris.

Dalam perjalanan kapal ke Inggris Job diajarkan menulis bahasa Inggris. Ia juga menulis ayat-ayat Alquran berdasarkan hafalannya. Menurut sejumlah laporan, ia membantu terjemahan George Sale yang terkenal itu.

Setelah lepas dari rantai perbudakan, dia aktif menyeru masyarakat untuk mengenal Islam dengan menolak klaim mereka tentang ketuhanan Yesus. Ia juga terpilih menjadi anggota Spalding Gentlemen's Society, yang telah menempatkannya di perusahaan Sir Isaac Newton dan Alexander Pope.

Selain kisah Ayub, ada juga kisah tentang Yarrow Mamout yang diwariskan melalui percakapan yang dia miliki dengan seniman yang melukis potretnya. Hidupnya di Afrika tidak diketahui namun karena perilaku baik dan santunnya, dia dibebaskan setelah meletakkan batu bata untuk rumah tuannya.

Sebagai orang bebas ia membeli rumahnya sendiri di Georgetown dan dikenal karena berdoa di jalanan dan demi ketenangannya.

Pada bulan Desember 1807, ada juga kisah seorang pria bernama S'Quash dibawa ke South Carolina. Dia dikenal sebagai penunggang kuda yang hebat dan terpelajar berbahasa Arab. Sejarawan merujuk pada pernikahannya dengan seorang budak Muslim dari Sudan untuk menunjukkan bahwa dia juga seorang Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement