Selasa 13 Jun 2017 04:29 WIB

Pesat, Perkembangan Islam di Papua Nugini

Muslim Papua Nugini
Foto: Youtube
Muslim Papua Nugini

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Meski jumlah Muslim terbilang masih sangat sedikit di Papua Nugini, tetapi dalam beberapa tahun terakhir jumlahnya terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya pejuang dari milisi Islam Laskar Jihad muncul di negara itu. Bahkan, sejumlah pihak memprediksi, Islam bisa menjadi mayoritas di Papua Nugini.

“Dalam waktu 20 tahun hingga 30 tahun mendatang, sebagian besar warga Papua Nugini diperkirakan sudah masuk Islam,” ujar seorang imam di Papua Nugini, Syekh Khalid, seperti dilaporkan ABC News, Australia.

 Menurut Syekh Khalid, banyaknya penduduk Papua Nugini yang masuk Islam bukan karena mereka tidak menyukai agama lain, melainkan hanya karena alasan sederhana, yaitu mereka menemukan kepuasan di dalam Islam. Ia menambahkan, ajaran Islam lebih mudah diterapkan ketimbang ajaran agama lain.

“Selain itu, dalam Islam kita adalah guru untuk diri kita sendiri. Tuhan tidak hanya ada di masjid, tetapi selalu berada di samping kita, di mana pun kita berada. Ibadah pun bisa di mana saja. Kita bisa shalat di bawah pohon, di rumah, atau di tempat lainnya," katanya panjang lebar.

 

Sekretaris Umum Komunitas Islam Papua Nugini Isa Teine menambahkan, Islam mudah diterima di negara ini karena memiliki kesamaan dengan budaya Melanesia. "Ketika kami menyapa orang sesama laki-laki, kami memeluk mereka. Kebiasaan ini sama di dalam Islam. Sehingga, ketika Islam datang, budaya yang dibawanya cocok dengan kami.”

 

Meski ada potensi perkembangan Islam di Papua Nugini, tetapi masih banyak tantangan yang akan dihadapi Islam pada masa depan. Masalah utama adalah masih ada Islamofobia di negara tersebut. Komunitas Islam kerap menjadi target aksi kekerasan, seperti beberapa waktu lalu ketika sebuah tempat ibadah Islam ditembaki.

 

Umat Islam juga masih kesulitan mendapatkan izin untuk mendirikan masjid. Para pemimpin gereja biasanya keberatan jika ada rencana pembangunan masjid baru. Mereka beralasan, masjid tidak sesuai dengan karakter sejarah Kristen di negara ini.

Tantangan juga datang dari komunitas agama mayoritas di Papua Nugini. Melihat perkembangan Islam yang cukup pesat di Papua Nugini membuat pemimpin gereja di wilayah tersebut gelisah. Meski demikian, mereka mengaku tidak merasa terancam oleh fakta tersebut. Salah seorang tokoh Kristen setempat, Pastor Yusuf Walters, mengatakan, "Kristen di negara ini sangat kuat. Perjalanan saya dalam mengkhotbahkan Injil di seluruh negara dan masyarakat umum sangat gigih.”

Sejumlah tantangan tersebut, menurut  Syekh Khalid, merupakan imbas dari kesalahpahaman tentang Islam. Kondisi ini diharapkan berubah seiring banyaknya penduduk yang masuk Islam setiap tahunnya.

Disarikan dari Pusat Data Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement