Ahad 04 Jun 2017 18:27 WIB

Mufti Jaga Geliat Dakwah di Bosnia

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Masjid Foca Hunkar, Bosnia
Foto: Worldbulletin.com
Masjid Foca Hunkar, Bosnia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktik kebebasan beragama tersebut pernah mengalami fase kelam. Umat Islam Bosnia pernah terusir, bahkan sebanyak 8.000 orang pernah dibantai oleh tentara Serbia sejak terjadi Perang Bosnia pada 1992 dan berlanjut pada 1995. Banyak di antara mereka mengungsi meski masih dalam wilayah Bosnia dan Herzegovina. Wilayah pengungsian pun menjadi wilayah etno-religius.

Gelombang pengungsian kemudian berjalan melambat pada 2003-2004. Sebagian penganut Ortodoks Serbia tinggal di Republik Srpska dan umat Islam dan Katolik tinggal di Federasi Bosnia dan Herzegovina. Bahkan mereka pun dapat kembali di Kanton Bosnia Barat dan Bosnia Timur.

Saat terjadi Perang Bosnia, banyak masjid secara sistematis dihancurkan tentara Serbia dan Kroasia. Bahkan Masjid yang masuk dalam warisan budaya dunia UNESCO, yakni Masjid Banja Luka, Arnaudija, dan Ferhadija turut dihancurkan. 

Tak hanya masjid, bangunan keagamaan pun hancur dalam perang tersebut. Usai perang, masjid kembali dibangun dengan bantuan dari Arab Saudi. Pengaruh Arab Saudi pun meluas di negara tersebut. Banyak Muslimah mulai mengenakan niqab dan burqa.

Mufti 

Saat ini, terdapat delapan mufti yang dipercaya menjadi pimpinan ulama di Bosnia, yakni terpadat di Sarajevo, Bihac, Travnik, Tuzla, Gorazde, Zenica, Moztar, dan Banja Luka. Husein Kavazovic menjadi mufti tertinggi atau dikenal sebagai ketua komunitas Islam Bosnia dan Herzegovina pusat. 

Perpustakaan di Masjid Gazi Husrerv Beg merupakan peninggalan penting umat Islam di Bosnia. Banyak buku penting dengan berbagai bahasa, seperti Arab, Persia, Turki, Bosnia, Serbia, dan Kroasia yang terdapat di sana.

Perpustakaan pernah dibakar selama perang bersama dengan Institut Studi Sarajevo Timur. Buku dan dokumen berharga tersimpan. Perpustakaan ini menjadi satu-satunya peninggalan sejarah dan kini telah terbangun kembali dengan bantuan dari Qatar 2014 lalu.

Sebelumnya, mereka pernah meminta bantuan dari negara-negara lain di Eropa. Namun, hanya Qatar yang membantunya. Bantuan ini pun tidak ada timbal balik, jika pun nantinya ada tekanan dari negara tersebut mereka berusaha keras untuk menolaknya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement