Sabtu 27 May 2017 17:30 WIB

Ahli Gelas Barat tak Akui Kehebatan Seni Membuat Gelas Dunia Islam

Gelas dengan etsa
Foto: makeit-loveit.com
Gelas dengan etsa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada abad ke-11 M,  para perajin gelas asal Mesir sempat mendirikan pabrik gelas di Corinth, Yunani.

Alih teknologi pembuatan gelas dari dunia Islam ke Barat juga terjadi pada abad ke-13 M, ketika penjajah Mongol membawa begitu banyak perajin gelas dari Damaskus dan Aleppo untuk dipekerjakan di  pusat pembuatan gelas di Barat.

''Transfer teknologi juga terjadi paska-Perang Salib,'' tutur al-Hassan dan Hill.

Pembuatan gelas akhirnya dikuasai Venesia pada abad ke-13 M, setelah disepakatinya perjanjian pengalihan teknologi yang disusun Bohemond VII, pengeran titular dari Antioch dan Doge of Venice, pada Juni 1277 M. ''Melalui perjanjian itu,  rahasia pembuatan gelas dibawa ke Venesia, bahan baku dan perajin diimpor dari Suriah.''

Setelah menguasai teknologi pembuatan gelas, Venesia berupaya menjaga rahasia teknologi itu dengan ketat. Venesia melakukan monopoli pembuatan gelas di Eropa. Baru pada abad ke-17 M, teknologi pembuatan gelas diketahui Prancis.  Fakta itu membuktikan bahwa jauh sebelum Barat menguasai teknologi pembuatan gelas, peradaban Islam telah lebih dulu menggenggamnya.

Seakan ingin menutupi keberhasilan yang pernah dicapai umat Islam, para ahli gelas di Barat selalu menonjolkan kemewahan seni pembuatan gelas di Eropa. Padahal, teknologi dan teknik pembuatan kaca atau gelas yang dikuasai Barat, saat ini, merupakan hasil transfer pengetahuan dan teknologi dari dunia Islam.

Apa yang dilakukan para ahli kaca atau gelas Barat sungguh tak adil, karena menyembunyikan  nilai-nilai seni gelas Islami serta menihilkan pencapaian yang sesunguhnya,” cetus Norman A Rubin dalam tulisannya berjudul Islamic Glass Treasure: The Art of Glassmaking in the Islamic World. 

Disarikan dari Dialog Jumat Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement