Sabtu 29 Apr 2017 18:15 WIB

Di Mana Tempat Tinggal Qarun?

Danau Karun, tempat yang Karun ditenggelamkan bersama hartanya di Kota Fayoum, Kairo, Mesir.
Foto: looklex.com
Danau Karun, tempat yang Karun ditenggelamkan bersama hartanya di Kota Fayoum, Kairo, Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Al-Fayyum, tempat yang diyakini sebagai tempat tinggal Qarun pada zaman Nabi Musa dahulu, menurut riwayat sudah ada sejak zaman Nabi Yusuf Alaihissalam.

Seperti dikutip Aep Saepullah dalam artikelnya yang berjudul Menjelajahi Kota Al-Fayyum, berdasarkan keterangan para ulama Islam yang dimuat dalam sejumlah karya klasik disebutkan, Nabi Yusuf yang pertama kali membangun Kota Al-Fayyum. Konon, sewaktu membangun kota ini, Nabi Yusuf memerlukan waktu sekitar 70 hari.

Aep Saepullah menambahkan, Al-Fayyum berasal dari bahasa Arab, yakni Alfu Yawmin yang berarti 1000 hari. Ada dua versi mengenai nama Al-Fayyum. Pertama, sebagaimana ditulis oleh Imam al-Humairy dalam bukunya ar-Raudh al-Mu'thar fi Khabar al-Aqthar, disebut Alf Yaum karena perharinya pajaknya mencapai 1000 (alf) dinar. Ini artinya, pajak satu hari di Al-Fayyum sama dengan seribu hari (alf yaum) di kota-kota Mesir lainnya. Hanya, riwayat ini tidak masyhur di kalangan para ahli sejarah.

Riwayat kedua, dan riwayat ini merupakan riwayat yang paling masyhur, bahwa penamaan Al-Fayyum ini erat kaitannya dengan Nabi Yusuf AS. Saat itu, setelah Nabi Yusuf mendekam di penjara selama 7 tahun, setahun kemudian Nabi Yusuf diangkat menjadi menteri perbendaharaan Mesir. Tugas pertama adalah menangani musim paceklik yang akan menimpa Mesir, selama tujuh tahun. Lalu, Nabi Yusuf menggali tiga buah selat di sekitar Sungai Nil untuk mengalirkan airnya ke Al-Fayyum, yaitu selat bagian barat, timur, dan bagian atas, hulu (upper, sha'id).

Dengan digalinya tiga selat tersebut, daerah Al-Fayyum menjadi subur dan hijau, karena air sudah masuk, baik dari Sungai Nil maupun air yang keluar dari dalam tanah. Setelah itu, Nabi Yusuf membangun 360 kampung di Kota Jaubah (Al-Fayyum) tersebut. Jumlah tersebut disesuaikan dengan jumlah hari dalam satu tahun (satu tahun berkisar sekitar 360 hari) dengan maksud bahwa satu kampung di Kota Al-Fayyum ini dapat mencukupi kebutuhan seluruh penduduk Mesir saat itu dari kelaparan dan kekeringan. Namun, proyek pembangunan itu diselesaikan hanya dalam waktu 70 hari.

Ketika raja Mesir saat itu melihat pembangunan yang dilakukan Nabi Yusuf, ia berkata: "Luar biasa, hanya dengan 70 hari saja, Yusuf dapat membangun kota ini, padahal untuk dapat seperti ini, minimal diperlukan waktu seribu hari (Alf Yawm). Ini betul-betul pertolongan dari langit". Sejak itulah, nama Jaubah berubah mejadi Alf Yawm yang kemudian disingkat lagi menjadi kota Al-Fayyum.

Dengan ide luar biasa Nabi Yusuf inilah, Kota Al-Fayyum sekarang menjadi kota paling banyak airnya di Mesir. Orang-orang Mesir menyebut Al-Fayyum sebagai Makhzan al-Maa’ (gudangnya air). Saking banyaknya air, hingga saat ini dapat dijumpai beberapa kolam ikan di Fayyum, sesuatu yang tidak akan dijumpai di provinsi-provinsi Mesir lainnya, selain di Fayyum.

Menurut para ahli sejarah, air yang ada di Al-Fayyum ini sangat memengaruhi warna dan rasa dari Sungai Nil yang ada di Mesir secara umum. Apabila air di Al-Fayyum ini surut, warna dan rasa air Nil akan berubah di seluruh Mesir. Sekalipun sampai saat ini, belum terjadi, akan tetapi hemat penulis, hal demikian masih sangat mungkin, karena semua itu berkat ide brilian Nabi Yusuf yang menimbang dan mengukur ketinggian air Nil dimaksud.

Karena kesuburannya ini juga, Al-Fayyum termasuk provinsi yang banyak menghasilkan padi, yang tentunya tanaman padi ini jarang ditanam di provinsi lain, mengingat terlalu banyak memerlukan air. Itulah Al-Fayyum, provinsi paling subur di Mesir.

Ketika Yunani berkuasa di Mesir, Kota Al-Fayyum diganti dengan nama Crocodilopolis atau dalam bahasa Arab disebut dengan Madinah at-Timsah yang berarti Kota Buaya. Hal ini mengingat di Al-Fayyum dahulunya banyak sekali buaya yang berkeliaran. Untuk itu pula, dewa yang berkuasa dan menguasai Al-Fayyum menurut kepercayaan Mesir Kuno bernama Dewa Sobek yang digambarkan dengan tubuh manusia, tapi berkepala buaya.

Kincir (as-Sawaqi)

Di antara tempat yang menjadi objek wisata lainnya di Al-Fayyum adalah kincir air. Kincir-kincir ini merupakan ciri khas dari Kota Al-Fayyum. Bahkan, Al-Fayyum adalah satu-satunya kota di Mesir yang mempunyai kincir air.

Menurut penduduk setempat, ide pertama membuat kincir tersebut adalah dari Nabi Yusuf, ketika ia menata dan membangun Kota Al-Fayyum. Di Al-Fayyum sendiri ada lebih dari 200 kincir. Hanya, kincir yang berada di dalam Kota Al-Fayyum lain dari yang lain.

Kelainannya adalah bunyi dari kincir tersebut. Kincir-kincir lainnya tidak mengeluarkan suara atau bunyi. Bunyi kincir yang seperti orang yang sedang kesulitan, mohon bantuan itu, oleh penduduk Al-Fayyum sendiri dinisbahkan kepada suara Qarun. Bahwa, suara itu adalah suaranya Qarun yang setiap saat menyesali perbuatannya. Apakah betul atau tidak? Wa Allahu 'alam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement