Jumat 21 Apr 2017 14:33 WIB

Ketika Ilmuwan Muslim Kaji Ilmu Antropologi

Rep: Yusuf Ashiddiq/ Red: Agung Sasongko
Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serentetan nama muncul dalam kajian antropologi. Mereka meniti masa, melakukan penelitian. Lalu, menyingkap tentang sekelompok orang yang tinggal di sebuah wilayah, bahasa, dan kebiasaan serta keyakinan yang mereka anut. Tertuang dalam risalah-risalah yang pada masanya dan selanjutnya menjadi rujukan. 

Salah satu sosok ilmuwan Muslim yang mengkaji antropologi dalam karya mereka adalah Abu Rayhan al-Biruni. Ia melakukan studi etnografik. Melalui penelitian yang berlangsung cukup lama,  ia menulis tentang manusia, kebiasaan, dan agama yang mereka anut di wilayah subkontinen India. 

Seperti dilakukan oleh ahli antropologi modern, al-Biruni mengobservasi sekelompok orang tertentu, mempelajari bahasa yang mereka gunakan serta teks-teks utama yang mereka baca. Kemudian, mengungkapkan hasil penelitiannya secara objekif dan netral dengan menggunakan perbandingan silang budaya. 

Akbar S Ahmed, dalam karyanya Al-Beruni: The First Anthropologist, menyatakan bahwa al-Biruni menulis studi komparatif secara perinci tentang agama dan budaya di Timur Tengah, Mediterania, dan secara khusus di Asia Selatan. Tradisi metode perbandingan yang diterapkannya kemudian terus terpelihara di dunia Islam. 

 

Hal tersebut terwujud melalui Ibnu Khaldun pada abad ke-14. Sejarawan dan ahli geografi tersebut meneruskan apa yang pernah dilakukan al-Biruni. Kajian antropologi Ibnu Khaldun tercantum dalam karya fenomenalnya yang berjudul al-Muqaddima. Tak jarang, seakan ada keberlanjutan melalui buku-buku yang mereka tulis. 

Pandangan yang disampaikan oleh al-Jahiz dalam ilmu antropologi, memiliki kaitan dengan hasil pemikiran al-Raghib al-Isfahani dalam dua buku penting yang ditulisnya. Yaitu, Al-Dharia'a ila Makarim al-Sharia'a dan Kitab Tafsil al-Nash'atayn wa-Tahsil al-Sa'adadatayn.

Abu al-Qasim al-Husayn ibnu Muhammad ibnu al-Mufadhdhal al-Raghib al-Isfahani memiliki keahlian di bidang agama dan literatur. Informasi mengenai dirinya memang tak berlimpah. Namun, menurut cendekiawan al-Suyuti dalam karyanya Bughya, al-Raghib meninggal dunia pada 5 Hijriah atau abad ke-11 Masehi. 

Menurut al-Suyuti, al-Raghib termasuk salah satu cendekiawan produktif dengan sejumlah karyanya. Tak hanya itu, karya yang ia tulis pun menorehkan pengaruh besar dalam bidangnya. Lalu, menebarkan pengaruh yang luar biasa pada cendekiawan lainnya, termasuk al-Ghazali.

Beberapa buku al-Raghib yang banyak dikenal orang, di antaranya Muhadhrat al-Udaba' wa-Muhawarat al-Shu'ara' wal-Bulagha dan Majma' al-Balagha. Dalam bidang Alquran, ia menuliskan pemikirannya melalui Mufradat alfaz al-Qur'an, Durrat al- ta'wil fi mutashabih al-tanzil, dan Tafsir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement