Senin 17 Apr 2017 14:22 WIB

Ini Ciri Khas Masjid Agung Tripoli

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Masjid Agung Tripoli
Foto: Wikipedia
Masjid Agung Tripoli

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Agung al-Mansur terletak di Kota Tripoli, Lebanon. Masyarakat setempat kerap menyebutnya Masjid Agung Tripoli. Bangunan ini bersejarah lantaran mengambil nama dari al-Mansur Qalawun.

Ia merupakan seorang penguasa Kesultanan Mamluk yang berhasil merebut Tripoli dari cengkeraman tentara Salib pada 1289. Pihak yang berjasa mewujudkan rumah ibadah ini adalah dua orang putra mahkota Sultan al-Mansur, yakni al-Asyraf Khalil dan al-Nasir Muhammad.

Pada 1294, Sultan al-Asyraf memulai pembangunan kompleks Masjid Agung al-Mansur. Kemudian, pada 1314 Sultan al-Nasir mendirikan bagian bangunan yang mengitari lapangan masjid ini. Oleh karena itu, secara keseluruhan Masjid Agung al-Mansur seperti sebuah benteng.

Letak kompleks Masjid Agung al-Mansur berdekatan dengan Benteng Raymond de Saint-Gilles yang merupakan pusat pertahanan kaum Salibis dalam masa peperangan. Menurut Dr Ghazi Omar Tadmouri dalam situs pariwisata Tripoli, tripoli-city.org, Masjid Agung al-Mansur dirancang oleh arsitek Kerajaan Mamluk bernama Salem Sahyouni bin Nashruddin Aajami.

 

Saat Tripoli di bawah administrasi Amir Qaratay, Masjid Agung al-Mansur membangun sebuah madrasah Qartawiyyah di dekat mimbar masjid ini. Bangunan madrasah ini lantas meluas hingga ke sisi timur Masjid Agung al-Mansur. Dalam masa itu, Madrasah Qartawiyyah merupakan yang terbaik di seluruh Tripoli.

Gerbang utama kompleks Masjid Agung al-Mansur terletak di sebelah utara. Dua gerbang lainnya ada di sisi timur dan barat. Ada pula dua pintu khusus imam di sisi kiri dan kanan menuju ruang dekat mihrab. Di tengah-tengah lapangan bagian dalam masjid ini terdapat kolam air mancur tempat para jamaah berwudhu. Mereka hanya perlu duduk di sebelah sisi luar dinding kolam ini. Jika dilihat dari atas, kolam ini berbentuk segi delapan.

Di tiap sisinya, pada dinding terdapat keran air. Tinggi dinding kolam ini sekitar satu meter. Kolam ini dinaungi kubah dengan pilar-pilar yang menyangganya. Sebagaimana tembok, lantai, dan serambi masjid ini, kolam air mancur tersebut berwarna abu-abu kecokelatan. Sekilas, Masjid Agung al-Mansur cenderung monoton dari segi penampakan warnanya.

Lorong-lorong di serambi masjid ini berbentuk seperti pucuk daun yang tidak terlalu tinggi. Memasuki ruang shalat, lantai masjid mulai menampakkan keramik dengan corak geografis.

Ciri khas lainnya dari kompleks ini adalah lapangan di dalamnya serta dua pilar dari bahan batu marmer di dekat pintu gerbang utama. Bila dibandingkan, luas lapangan tersebut lebih mendominasi dibandingkan bangunan masjid ini. Lapangan ini dikelilingi tiga lorong di sisi utara, timur, dan barat, sedangkan sisi selatan dipergunakan sebagai bangunan utama untuk shalat. Langit-langit lorong ini tidak terlampau tinggi.

Ruang untuk shalat dalam Masjid Agung al-Mansur bernuansa temaram dan damai. Pada bagian tempat imam memimpin shalat, ada dua bagian di sisi kiri dan kanan. Namun, bagian tempat imam berdiri agak lebih tinggi dibandingkan lantai sekitarnya.

Podium tempat imam atau khatib berbicara terbuat dari kayu berkualitas tinggi. Podium ini juga dilapisi ukiran-ukiran bercorak geografis yang indah. Gambar kaligrafi juga menghiasi sekitar ruang shalat. Salah satu yang mengesankan adalah lafaz Allah yang tampak di bagian tengah podium. Motifnya tak berbeda dengan yang tampak di pintu gerbang utama masjid ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement