Kamis 30 Mar 2017 18:30 WIB

Siapakah Ashabus Sabt?

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Laut Merah
Foto: wikipedia
Laut Merah

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ashabus Sabt adalah sekelompok kaum Yahudi yang menjadi umat Nabi Musa Alaihissalam (AS). Mereka tinggal di dekat kota Elat, di pesisir Laut Merah. Allah mengharamkan mereka untuk menangkap ikan pada hari Sabtu.

''Dan, tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.'' [QS Al-A'raaf (7) : 163]

Ibnu Katsir dalam tafsirnya Ibnu Katsir berpendapat, penduduk Elat (Ailah, Elia) merupakan sebuah desa yang berada di antara Madyan dan Ath-Thur (eltor), di dekat Teluk Aqabah dan pesisir Laut Merah. Mereka melanggar perintah Allah yang mengharamkan menangkap ikan pada hari Sabtu.

Pada hari-hari selain Sabtu, Allah menguji mereka dengan meniadakan ikan-ikan tersebut. Mereka kemudian menghalalkan sesuatu yang telah diharamkan Allah, dengan melakukan segala upaya secara tersirat bermakna melakukan perbuatan haram.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Faqih Ibnu Bithah rahimahullah, meriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ''Janganlah kalian melanggar perintah layaknya orang-orang Yahudi--menghalalkan sesuatu yang telah diharamkan Allah--dengan alasan apa pun.''

Menurut pendapat sejumlah ulama dan ahli tafsir, kaum Yahudi ini terbagi tiga kelompok. Pertama, mereka yang melanggar dan menghalalkan penangkapan ikan pada hari Sabtu. Kedua, mereka yang melarang perbuatan tersebut dan meninggalkan mereka. Ketiga, mereka yang diam saja, tidak melakukannya, dan tidak pula melarang perbuatan teman-temannya. Namun, mereka hanya berkata pada kelompok yang melarang, ''Mengapa kalian menasihati kaum yang akan dibinasakan atau disiksa Allah dengan azab yang pedih.'' [Al-A'raaf (7) : 164]

Allah berfirman dengan menjelaskan azab yang menimpa mereka. ''Dan, (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: ''Mengapa kalian menasihati kaum yang akan dibinasakan atau disiksa Allah, dengan azab yang pedih. Mereka menjawab, 'Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu dan supaya mereka bertakwa'. Maka, tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. Maka, tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang, mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya, 'Jadilah kamu kera yang hina'.'' [QS al-A'raaf (7) : 64-66]

Itulah balasan bagi orang-orang yang senantiasa melanggar perintah Allah dan senantiasa berlaku fasik. ''Katakanlah : 'Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?' Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.'' [Al-Maidah (5) : 60]

Para ahli tafsir berbeda pendapat dalam menafsirkan surah Al-A'raaf ayat 66 tersebut, khususnya berkaitan dengan dijadikannya kaum Bani Israil itu menjadi kera. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, ia sepakat dengan orang yang mengatakan bahwa kelompok ketiga juga termasuk orang yang binasa, seperti halnya kelompok pertama, karena mereka berhak mendapatkannya akibat mereka diam dan tidak memberi nasihat. Boleh jadi diamnya mereka itu menyebabkan kelompok pertama terus bercokol dalam kezalimannya. Karena orang yang tidak melarang dari perbuatan mungkar, baginya azab di sisi Allah.

Allah berfirman, ''Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.'' [Al-Maidah (5) : 78-79]

Berbeda dengan Ibnu Katsir, Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fi Zhilal Alquran menjelaskan, kendati kelompok ketiga tidak disebutkan dalam nas Alquran, mungkin karena memandang rendah urusan mereka meskipun tidak ditimpa azab. Karena, mereka tidak mau melakukan pencegahan secara aktif, tetapi hanya mengingkarinya secara pasif (membenci kemungkaran, tetapi tidak mencegahnya). Karena itu, mereka pantas diabaikan meskipun tidak terkena azab. Wa Allahu A'lam.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement