Selasa 28 Feb 2017 05:50 WIB

Di Palestina, Kiblat Pertama Umat Islam

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Masjid Al Aqsa
Masjid Al Aqsa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Menurut Syekh Shalahuddin Ibrahim Abu ‘Arafah, seorang ulama asal Palestina, bukit Thursina adalah tempat yang diberkahi. Dan, tempat yang diberkahi itu adalah Palestina sebagaimana surah Al-Isra` [17] ayat 1 yang menceritakan peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Sami menambahkan, yang dimaksud dalam surah At- Tiin [95] itu adalah Thursina, bukit yang ada di Baitul Maqdis dan al-Balad al-Amin adalah Makkah. Berikut argumentasinya. Allah berfirman, Dan, pohon kayu yang keluar dari Thursina (pohon zaitun) yang menghasilkan minyak dan menjadi makanan bagi orang-orang yang makan. (Al- Mu’minun [23]: 20).

Ayat ini, kata Sami, mengikat dan menghimpun dengan kuat antara ‘Thursina’ dan hasil bumi serta tumbuh-tumbuhan penghasil minyak bagi orang yang makan. Karena itu, ia membantah bila Sinai (Mesir) sebagai Thursina yang selama ini banyak dipercayai masyarakat, termasuk umat Islam. Ia menyatakan, di Sinai (Mesir) tidak ada pohon zaitun yang mampu menghasilkan buah, apalagi mengeluarkan minyak.

Menurut Sami, ayat 20 surah Al-Mu’minun [23] dan ayat 1-3 surah At-Tiin itu justru merujuk pada tanah suci di Palestina. Di Palestina, jelas dia, terdapat banyak pohon zaitun yang terus berproduksi di sepanjang tahun sehingga penduduk di sekitar Baitul Maqdis menamakannya dengan Bukit Zaitun dan Allah SWT telah berseru kepada Musa di tempat yang diberkahi di sisi bukit.

Kota suci Palestina, selain merupakan tanah tempat diutusnya para Rasul Allah, negeri ini terkadang juga disebut dengan kota tiga agama, yang merujuk pada Jerusalem. Sebab, dari negeri inilah berkembang tiga agama Samawi (langit), yakni Islam, Nasrani, dan Yahudi. Lihat, Karen Armstrong dalam bukunya Jerusalem; One City, Three Faiths (Satu Kota Tiga Iman).

Armstrong mengatakan, ‘’Sebagai biarawati muda, saya harus menerima fakta, bahwa Jerusalem sangat penting bagi Yahudi dan Islam. Ketika saya melihat orang-orang Yahudi berjubah panjang atau tentara Israel yang perkasa mencium batu di Tembok Barat atau menyaksikan keluarga Muslim di jalan-jalan dalam pakaian terbaik mereka untuk shalat Jumat di Haram asy-Syarif, untuk pertama kalinya saya menjadi sadar mengenai tantangan pluralisme agama.’’

Hal lain yang menjadikan Palestina memiliki kemuliaan dan keberkahan dari Allah, karena di sinilah berdiri kiblat pertama umat Islam, yakni Baitul Maqdis atau Masjid al-Aqsha. Selama kurang lebih 16 bulan sejak hijrah dari Makkah ke Madinah, Rasul SAW dan umat Islam saat itu, melaksanakan ibadah shalat lima waktu dengan menghadapkan wajah ke arah Masjid al-Aqsha.

‘’Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjid al-Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjid al-Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.’’(QS Al-Baqarah [2]: 144).

Dalam Al-Qur’anulkarim The Miracle 15 in 1 disebutkan, semenjak awal sejarah Islam, Palestina dan Kota Jerusalem khususnya, telah menjadi tempat suci bagi umat Islam. Sementara bagi Yahudi dan Nasrani, umat Islam telah menjadikan kesucian Palestina sebagai suatu kesempatan untuk membawa kedamaian pada daerah ini. Sebagaiman diketahui, Nabi Isa AS diutus oleh Allah SWT kepada Bani Israel (umat Yahudi). Pengutusan Nabi Isa ini menjadi titik balik penting bagi sejarah Yahudi. Namun, orang-orang Yahudi menolaknya, maka kemudian mereka diusir keluar dari negeri tersebut hingga mereka mengalami banyak ketidakberuntungan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement