Jumat 24 Feb 2017 17:15 WIB

Banjir Besar dan Hilangnya Negeri Saba

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Pembuatan bahtera Nabi Nuh (ilustrasi).
Foto: Blogs.cnn.com
Pembuatan bahtera Nabi Nuh (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir besar yang menimpa kaum Saba berakhir tragis. Kekayaan sumber daya alam berupa hasil perkebunan dan kegemilangan peradaban mereka yang tinggi, akhirnya hancur berantakan. Kemajuan teknologi dan kemakmuran Saba sebagai negara yang modern saat itu lenyap seketika.

Kota Ma'rib yang dulunya pernah dihuni oleh kaum Saba, sekarang hanyalah sebuah reruntuhan yang terpencil. Sisa reruntuhan bendungan ini merupakan peringatan bagi mereka yang mengulang kesalahan seperti yang dilakukan kaum Saba. Kaum Saba bukanlah satu-satunya kaum yang dihancurkan dengan banjir.

Kisah hancurnya peradaban sebuah bangsa akibat banjir besar, juga diungkapkan dalam Alquran. Misalnya, kehancuran umat Nabi Nuh AS yang tidak mengakui Nabinya sebagai utusan Allah. Banjir besar ini akhirnya menenggelamkan seluruh makhluk kecuali yang tersisa di dalam perahu Nabi Nuh AS.

Setelah banjir reda, perahu Nabi Nuh AS akhirnya terdampar di al-Judi, sebuah gunung yang terdapat di kawasan Turki. Berdasarkan penelitian dan temuan arkeologis, perahu Nabi Nuh AS terdampar di atas gunung Ararat, Turki. (Lihat pembahasan ini pada edisi Islam Digest, 18 Januari 2009)

Selain banjir yang menimpa umat Nabi Nuh AS, azab serupa juga ditimpakan pada umat yang lain. Dalam Alquran surah Al Kahfi ayat 32-46, diceritakan tentang kisah dua orang pemilik kebun, yaitu mukmin dan kafir. Satu di antaranya memiliki kebun yang sangat mengesankan dan produktif seperti halnya yang dimiliki oleh kaum Saba. Namun, pemilik kebun yang kafir ini mengingkari nikmat Allah. Dia berkata kepada pemilik kebun yang mukmin. Apa yang diperolehnya adalah atas usahanya sendiri.

Karena perbuatannya itu, Allah lalu menurunkan hujan yang sangat lebat, hingga akhirnya menyebabkan genangan air semakin tinggi dan membuat hancur kebun orang kafir itu.

Pertanyaannya, mengapa Allah menghancurkan mereka? Apakah mereka tak peduli dengan masalah lingkungan? Ataukah mereka hanya mengingkari nikmat Allah SWT? Bagaimana bila di antara kaum itu terdapat orang yang beriman, apakah mereka juga akan mengalami hal yang sama?

Pelajaran dari Saba

Jebolnya bendungan mengakibatkan banjir meluluhlantakkan negeri Saba adalah respons alam atas perbuatan manusia yang tak peduli pada alam dan lingkungan serta tidak pandai bersyukur atas nikmat yang diberikan.

Saba adalah negeri yang makmur dengan kekayaan alam yang melimpah. Tak heran, bila daerah atau negeri ini membuat banyak orang tertarik dan ingin tinggal di sekitarnya.

Sejak dahulu, telah diakui bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya dan makmur dengan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan negeri menjadi incaran banyak pihak untuk mengeruk dan mengambilnya. Baik dari hasil perkebunan, hutan, laut, pasir, gunung, pulau, dan minyak bumi.

Sayangnya, hasil-hasil kebun, hutan, laut, minyak bumi, bahkan beberapa pulau, telah hilang, rusak, dan diambil pihak lain. Nikmat akan dicabut oleh Allah apabila manusia lupa bersyukur. Perhatikan surah Ibrahim ayat 7. Bencana alam buat manusia, bisa teguran (peringatan), bisa pula azab dari-Nya. Dan, tidak ada satu bencana pun di muka bumi ini tanpa izin Allah SWT. (QS At-Taghabun ayat 11).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement