Kamis 23 Feb 2017 15:18 WIB

Dakwah Islam di Suriname, dari Jawa Hingga Afrika

Rep: Yusuf Assidiq/ Red: Agung Sasongko
Pengunjung mengamati karya foto di Pameran Foto Java To Suriname di Erasmus Huis, Jakarta, Senin (22/9). (Republika/Edwin Dwi Putranto)
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Pengunjung mengamati karya foto di Pameran Foto Java To Suriname di Erasmus Huis, Jakarta, Senin (22/9). (Republika/Edwin Dwi Putranto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Republik Suriname merupakan negara terkecil di Benua Amerika. Luasnya hanya sekitar 163 ribu kilometer persegi. Akan tetapi, dari segi demografi penduduk, negara ini bisa jadi yang paling 'berwarna' dengan keragaman etnis, budaya, dan agama.

Sejatinya, Suriname merupakan negara eks jajahan Belanda. Orang-orang Belanda telah berkuasa sejak tahun 1667. Sebelumnya, negara yang dulu dikenal bernama Netherlands Guyana ini dijajah oleh bangsa Spanyol, Portugis, dan Inggris.

Kemerdekaan baru diperoleh tahun 1975 yang kemudian menyandang nama resmi Republik Suriname. Adapun penduduk aslinya adalah orang Indian, etnis asli Benua Amerika.

Dulu, Belanda sangat mengandalkan hasil perkebunan dari Suriname. Ribuan budak pun didatangkan dari Afrika Barat sejak tahun 1700-an untuk dipekerjakan di perkebunan tebu, kapas, cokelat, dan kopi. Nah, orang-orang Afrika Barat inilah yang membawa agama Islam pertama di negara tersebut.

Tapi, tahun 1863, Kerajaan Belanda mengakhiri sistem perbudakan. Kebijakan ini berkonsekuensi terhadap keberlangsungan pekerjaan di perkebunan negara-negara jajahan, termasuk Suriname.

Banyak budak yang kemudian meninggalkan perkebunan untuk mencari penghidupan yang lebih layak di lapangan pekerjaan lain. Kondisi ini berlangsung selama beberapa waktu.

Menyadari situasi tersebut dapat mengganggu perekonomian, Belanda pun menempuh upaya penyelamatan. Direkrutlah tenaga kuli kontrak yang digaji dengan sangat murah. Mereka sebagian diambil dari beberapa negara dan wilayah jajahannya, termasuk dari Jawa.

Kebanyakan berasal dari Jawa Tengah. Saat itu, wilayah tersebut memang yang paling padat penduduknya, namun rendah tingkat perekonomiannya. Akhirnya, untuk kali pertama, kelompok pekerja imigran Jawa sebanyak 94 orang tiba di Suriname pada 9 Agustus 1890 setelah menempuh perjalanan panjang dengan menggunakan kapal Prins Willem II.

Mereka direkrut oleh De Nederlandsche Handel Maatschappij dan selanjutnya dipekerjakan di perkebunan tebu dan perusahaan gula Marrienburg. Empat tahun kemudian, perusahaan yang sama mendatangkan kelompok kedua yang terdiri atas 582 orang Jawa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement