Senin 13 Feb 2017 17:30 WIB

Soviet Gagal Hilangkan Islam dari Bumi Uzbekistan

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Kalta Minor simbol di Uzbekistan
Foto: Amusingplanet
Kalta Minor simbol di Uzbekistan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Soviet memang tidak melarang praktik Islam. Mereka memanfaatkan agama untuk menenangkan hati penduduk. Pemerintah Soviet mendorong kelanjutan peran Islam dalam masyarakat sekuler.

Pemerintah Soviet memosisikan diri seolah-olah mereka mendukung Islam dan penyebarannya. Namun, di sisi lain mereka juga berusaha memberantas umat Islam.

Pemerintah melakukan kampanye antiagama resmi dan menindak setiap gerakan Islam atau jaringan di luar kendali negara. Selain itu, banyak masjid ditutup dan selama pemerintahan Joseph Stalin, banyak umat Islam menjadi korban deportasi massal.

Pada tahun-tahun pertama setelah kemerdekaan, kebangkitan Islam sekuler terjadi di Uzbekistan. Menurut survei opini publik yang dilakukan pada 1994, minat warga Uzbek terhadap Islam berkembang pesat, tetapi pemahaman akan Islam masih terbatas atau terdistorsi.

Berdasarkan survei yang dilakukan, jumlah pemuda Uzbek yang memeluk Islam mengalami peningkatan. Namun, pemahaman mereka terhadap Islam masih begitu lemah.

Beberapa responden justru menunjukkan minat terhadap wajah Islam yang aktif dalam isu-isu politik. Konflik tradisi Islam dengan berbagai agenda reformasi atau sekularisasi sepanjang abad ke-20 telah membuat dunia luar menjadi bingung dengan praktik Islam di Asia Tengah.

Dalam sebuah survei Departemen Nasional AS pada tahun 2000, sebanyak 75 persen Muslim menginginkan Islam memainkan peran besar di Uzbekistan. Sebesar 23 persen menginginkan pemimpin agama yang aktif secara politik dan 39 persen setuju bahwa demokrasi dan hukum Islam saling berjalan beriringan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement