Selasa 24 Jan 2017 09:30 WIB

Thaif: Malaikat Pun Siap Menyiksa Penduduknya

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Kawasan Thaif, Arab Saudi.
Foto: Sauditourism.sa/ca
Kawasan Thaif, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kota Makkah dan Madinah telah banyak dibahas oleh para ulama, peneliti, dan pengarang dalam berbagai buku. Mereka juga telah menjelaskan keutamaan negeri Makkah tersebut, termasuk tempat-tempat yang memiliki sejarah panjang dalam penyebaran Islam. Karena itu, ada baiknya bila pada tulisan ini dibahas tentang Kota Thaif.

Thaif, dahulu bernama Wajj, sebuah lembah negeri Tsaqif yang terletak di sebelah tenggara Makkah al-Mukarramah dan berjarak sekitar 99 kilometer. Menurut Syauqi Abu Khalil dalam Atlas Hadis, kota ini memiliki persawahan, perkebunan kurma, anggur, dan beraneka ragam buah-buahan.

Di kota ini juga mengalir sungai-sungai, lembah-lembah yang melandai ke arah Tabalah. Ia terletak di Pegunungan Unung Gharwan. Mayoritas penduduknya adalah Bani Tsaqif, Bani Himyar, dan kaum Quraisy.

 

Terdapat sebuah riwayat menarik berkenaan dengan Kota Thaif ini. Diriwayatkan dalam sebuah hadis, Rasul SAW pergi ke Kota Thaif, setelah meninggalnya paman beliau, Abu Thalib. Dengan meninggalnya Abu Thalib, maka kekejaman dan caci maki semakin kencang disuarakan orang-orang Quraisy kepada Rasul SAW.

Ketika itu, Rasul berencana melakukan dakwah kepada penduduk Thaif, yakni keturunan Bani Tsaqif. Dengan jumlah penduduk yang banyak, Rasul SAW berharap, kedudukan umat Islam semakin kuat di Makkah dan bisa menghilangkan gangguan dari kafir Quraisy. Namun sebaliknya, sambutan yang diterima malah menyakitkan hati yang menyaksikannya.

Awalnya Rasul SAW berbicara dengan tiga orang pimpinan kabilah dan mengajak mereka untuk memeluk Islam. Namun, ajakan itu dibalas dengan cacian dan makian. Bahkan, di antara mereka tak percaya bila Muhammad SAW adalah utusan Allah.

Orang pertama berkata, ''Oh kamukah yang dipilih oleh tuhan untuk menjadi nabi-Nya?''

Yang kedua mengatakan, ''Apakah tidak ada lagikah orang yang lebih pantas dipilih untuk menjadi nabi selain dirimu?''

Yang ketiga berkata, ''Saya tidak mau berbicara dengan kamu, karena jika memang kamu benar-benar nabi seperti yang kamu akui, dan kemudian aku menolakmu, tentu akan bisa mendatangkan bencana. Dan jika kamu berbohong, maka tiada gunanya berbicara denganmu.''

Rasulullah SAW lalu pergi meninggalkan mereka dan mengajak penduduk lainnya untuk beriman. Namun, tak ada satu pun dari mereka yang menerima ajaran yang disampaikan Rasul SAW. Bahkan, mereka malah mengejek dan melempari Rasul SAW dengan batu, hingga berdarah.

Karena itu, Rasul SAW kemudian meninggalkan Thaif dan mencari tempat yang aman. Di lokasi itu, Rasul SAW berdoa. ''Ya Allah, Aku mengadukan kepadamu lemahnya kekuatanku, dan sedikitnya daya upayaku pada pandangan manusia. Wahai Yang Maha Pengasih, Engkaulah Tuhan orang-orang yang merasa lemah, dan Engkaulah Tuhanku. Kepada siapakah Engkau serahkan diriku, kepada musuh yang akan menguasaiku atau kepada keluargaku yang Engkau berikan segala urusanku. Tiada suatu keberatan asal tetap dalam ridha-Mu. Afiat-Mu lebih berharga bagiku. Aku berlindung kepada-Mu dengan nur wajah-Mu, yang menyinari segala kegelapan, dan yang memperbaiki urusan dunia dan akhirat, dari turunnya murka-Mu atasku atau turunnya azab-Mu atasku. Kepada Engkaulah kuadukan, hingga Engkau ridha. Tiada daya dan upaya melainkan dengan-Mu.''

Mendengar doa Rasul SAW, Allah mengutus Jibril untuk menyampaikan bahwa Allah menerima doanya. ''Allah SWT telah mendengar perbincanganmu dengan kaummu dan Allah SWT pun mendengar jawaban mereka, dan Allah telah mengutus kepada-Mu malaikat penjaga gunung agar siap melakukan apa yang kamu perintahkan. Malaikat itu pun datang dan memberi salam kepada Rasulullah SAW seraya berkata, ''Apa pun yang engkau perintahkan, akan kulaksanakan, kalau kamu mau, saya akan benturkan kedua gunung di samping kota ini, sehingga siapa pun yang tinggal di antara keduanya akan mati terhimpit. Jika tidak apa pun hukuman yang engkau perintahkan, saya siap melaksanakannya.''

Rasul SAW menjawab, ''Saya hanya berharap kepada Allah SWT, andaikan pada saat ini, mereka tidak menerima Islam, mudah-mudahan kelak mereka akan menjadi orang-orang yang beribadah kepada Allah SWT."

Diriwayatkan dalam hadis lain, ketika Rasulullah SAW banyak mendapat gangguan dari para kafir Quraisy, beliau hanya berdoa, ''Allahumma ihdi qawmiy, fa innahum laa ya'lamun (Ya Allah, tunjukilah kaumku, karena mereka tidak mengetahui (bahwa yang aku bawa ini benar).''

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement