Senin 23 Jan 2017 21:30 WIB

Sumbangsih Dokter Muslim dalam Penanganan THT

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Cautery dalam dunia kedokteran Islam (ilustrasi).
Foto: muslimheritage.com
Cautery dalam dunia kedokteran Islam (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  --  Dalam sejarah pengobatan THT, ada beberapa ilmuwan dan dokter Muslim yang memberikan sumbangsih besar. Beberapa di antara mereka adalah:

-    Ibnu Sina 

Ia sudah kondang sebagai dokter  Muslim, bahkan hingga dunia Barat. Ia mengumpulkan dan  menyintesiskan banyak catatan pendahulunya dan memberi  koreksi. Adikarya Ibnu Sina, The Canon, jadi salah satu  rujukan utama pada abad pertengahan.

Karya Ibnu Sina tak hanya berkontribusi besar bagi dunia  pengobatan abad pertengahan, tapi juga dunia kedokteran profesional sepanjang masa. Tulisan  Ibnu Sina lebih diakui dibanding naskah kedokteran karya  Hippocrates, Galen, dan Rhazer di universitas-universitas  Timur dan Barat.

Studi kedokteran Ibnu Sina sebagiannya berasal dari  praktik para pendahulunya dan sebagian lagi berasal dari  studi empiris dan praktik yang ia lakukan. Bahkan,  sebagian praktik pengobatan yang dilakukan Ibnu Sina  masih digunakan di negara-negara Timur Tengah hingga  sekarang.

The Canon tak cuma ensiklopedia, tapi juga berisi  bab-bab lengkap tentang anatomi, fisiologi, dan gangguan  pada THT. Untuk diagnosis gangguan THT, ia menggunakan cermin,  spekula khusus, dan menggunakan rabaan jari untuk  membedakan jenis pembengkakan.

Penguasaan teknik  dan pengembangan teknik deteksi menggunakan sentuhan  jari ini membuat Ibnu Sina bisa membedakan antara penyakit oral,  faringeal, dan laringeal secara akurat. Ia juga mampu membedakan  tumor jinak dan ganas. Ia juga bisa mendiagnosis  gangguan pita suara tanpa harus melihatnya.

Ibnu Sina memberi informasi detail tentang gejala ketulian,  tinnitus (bunyi atau dengungan pada telinga), vertigo, rhinorrhea, disfungsi laring akibat vibrasi  pita suara yang abnormal, kesulitan menelan, dan sumbatan aliran nafas.

Ia  mencatatkan sebab-sebab ketulian dan tinnitus, serta  membagi setidaknya lima tipe tinnitus. Acuan ini kemudian  digunakan dunia kedokteran. Ia juga menyarankan digunakannya perkakas dan instrumen baru untuk  memeriksa dan mendiagnosis penyakit.

Ia  mendeskripsikan metode baru untuk mengevaluasi tingkat  pendengaran menggunakan uji tiga intensitas suara.  Ibnu Sina pula yang pertama kali menggunakan pipa logam  melengkung dari perak atau emas untuk menyelamatkan pasien gagal nafas.  Sayangnya, beberapa sejarawan salah mengatribusikan  praktik pertama itu kepada Mac Ewan dan Einsenmenger pada 1847.

Ibnu Sina juga pernah melakukan operasi menggunakan  anastesi inhalasi umum menggunakan spons anastetik.  Untuk mensterilkan peralatan bedah, ia menggunakan  cairan empedu segar dan menggunakan peralatan terbaru  untuk operasi THT.

-    Ibnu al-Baladi

Ia juga merupakan pediatrik masyhur pada abad 10. Ia menulis sebuah bab lengkap tentang penyakit THT  dalam buku kedokteran Perawatan Ibu Hamil, Bayi, dan  Anak. Ia secara detail menguraikan gangguan akibat cacat turunan  (kongenital), traumatik, pembengkakan (inflamasi), dan  neoplastis pada telinga, hidung, dan tenggorokan.

- Avinzoar

Dia adalah dokter dari Andalusia yang tinggal di Sevilla. Pada abad 12, dia menulis sebuah  buku al-Tayseer. Buku ini kaya akan pembahasan penyakit  THT. Avinzoar merupakan dokter pertama dari dunia Arab yang  membantah penjelasan Hippocrates soal empat cairan tubuh  manusia. Avinzoar menyatakan cairan di tubuh manusia adalah darah. Ia juga jadi orang pertama yang memulai etiologi  saintifik secara riil dari inflamasi pada telinga, penyebab  stridor, dan memberi deskripsi tepat tentang operasi  trakeosomi pada pasien gagal nafas.

-    Abol-Kasim al-Zahrawy (Abulcasis)

Ia merupakan ahli bedah yang masyhur pada abad 12. Ia digelari Bapak Bedah Arab dan  Eropa. Ia menulis buku al-Tassreef yang menjadi referensi  klasik kedokteran pertama kali. Pada abad 13, volume  buku ini kemudian difokuskan pada bahasan bedah umum  dan bedah THT.

Ketenarannya sebagai ahli bedah membuat para pakar sejarah menyejajarkan bahkan menempatkannya lebih  tinggi dari Hippocrates. Teknik bedah Abulcasis dipakai  semua dokter di dunia hingga abad 18 dan  dipertahankan sampai hari ini dengan beberapa  pengembangan.

Ia mengembangkan sekitar 200 alat bedah seperti pisau,  kuret, retraktor, sendok bedah, pengait bedah, dan spekula. Praktik bedah Abulcasis mengadopsi  inovasi bangsa Arab dan menambahkan penggunaan  spons anastetik untuk anastesi total.

Untuk anastesi lokal,  Abulcasis menggunakan es. Sterilisasi peralatan bedah  menggunakan cairan empedu segar. Seperti Ibnu Sina dan  Ali Ibnu Abbas, ia menggunakan teknik mengikat pembuluh  darah saat operasi. Hal itu merupakan hal baru di dunia  Islam kala itu.

Abulcasis juga merevolusi thermal-cauter dengan  mengembangkan cauter baru untuk tujuan tindakan  yang berbeda. Ia menggunakan cauter untuk menangani  banyak penyakit. Penggunaan thermo-cauter yang  rasional dan hati-hati meyakinkan para sejarawan untuk  menobatkan Abulcasis sebagai penemu thermo cauter  sebenarnya.

(Baca: Islam Beri Perhatian Kebersihan THT)

(Baca Juga: Pengobatan THT, Kontribusi Besar Dunia Islam)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement