Ahad 16 Oct 2016 08:33 WIB

Ini Dua Sosok di Balik Indahnya Puisi-Puisi Rumi

Rep: Marniati/ Red: Nasih Nasrullah
Jalaluddin ar-Rumi (ilustrasi).
Foto: quantummethod.org
Jalaluddin ar-Rumi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Ya, dialah Jalaluddin Muhammad Rumi yang juga dikenal sebagai Jalaluddin Muhammad Balkhi. Tokoh yang lahir pada 30 September 1207 dan wafat  pada 17 Desember 1273, adalah penyair besar asal Persia. Selain itu ia juga ahli hukum, sarjana, teolog, dan tokoh sufi Islam yang kaya dengan warisan intelektual sepanjang masa.

Dunia mengagumi kontribusi Rumi. Bahkan Badan PBB untuk pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan (UNESCO), menetapkan 2007 sebagai "Tahun Rumi", bertepatan dengan peringatan 800 tahun kelahiran sang tokoh.   

Namun, di balik kesuksesan Rumi, ada dua tokoh yang sangat berpengaruh terhadap perubahan dalam hidupnya. Pertama, saat berusia 48 tahun, Rumi bertemu dengan seorang penyair sufi pengelana, Syamsuddin at-Tabrizi pada 15 November 1244. Pertemuan ini benar-benar mengubah hidupnya. Dari seorang teolog, Rumi berubah menjadi seorang tokoh sufi.

Rumi menggambarkan kesedihannya berpisah dengan sang gurunya Syams, yang dibunuh oleh warga Konya, dituangkan oleh Rumi melalui syair-syair, yang dikenal dengan nama Diwan Syams Tabriz.  

Menurut Annemarie Schimmel dalam Menyingkap yang Tersembunyi: Misteri Tuhan dalam Puisi-puisi Mistis Islam, metamorfosa puisi dan pemikiran sufistik Rumi, tak terlepas dari pengaruh dan didikan sang mursyid, Syamsuddin. 

Pertemuan keduanya memberikan perubahan terbesar pada kehidupan Rumi karena Syamsuddin mengajak Rumi memasuki dunia mistik. Begitu pula dengan Syamsuddin, dia merasa Rumi adalah kawan yang  dapat memahaminya dan siap menerima gelora spiritualnya. 

Tokoh yang Kedua, adalah Syekh Hisamuddin Hasan bin Muhammad. 

Dosen Fakultas Dakwah IAIN Raden Fatah Palembang, Eni Murdiati dalam karyanya yang berjudul Tarian Spiritual Jalaluddin Rumi  menambahkan setelah kepergian Syams, Rumi bersahabat dengan Syekh Hisamuddin. 

Berkat sahabatnya itu, ia berhasil selama 15 tahun terakhir masa hidupnya menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan yang diberi nama Matsnawi.  

Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini, ajaran-ajaran tasawuf yang dituangkan secara mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement