Kamis 29 Sep 2016 18:00 WIB

Muslim Estonia, Minoritas yang Cinta Damai

Rep: Nashih Nasrullah/Berbagai Sumber/ Red: Agung Sasongko
Muslim di Estonia.
Foto: Allaris.ru
Muslim di Estonia.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ungkapan tersebut tak berlebihan bila disematkan pada komunitas minoritas Muslim di Estonia. Konstitusi negera bekas jajahan Uni Soviet itu memang menjamin kebebasan beragama. Pemerintah menerapkan pemisahan agama dan negara.

Mengutip Wikipedia, Dentsu Communication Institute Inc menyebutkan bahwa Estonia merupakan negara paling tidak religius kedua di dunia. Sebanyak 75,7 persen populasi mengaku tidak beragama. Sedangkan, di peringkat pertama merupakangvb Cina dengan 93 persen penduduknya menyatakan diri ateis.

Meski demikian, di tengah mayoritas penganut Lutheranisme Injili, sebanyak 1.387 Muslim bertahan dengan akidah mereka, sesuai dengan sensus pada 2000. Muslim pertama di Estonia sebagian besar Tatar Sunni dan Syiah Azeri.

Mereka adalah sekelompok Muslim yang telah dibebaskan dari dinas militer di Angkatan Darat Rusia setelah Estonia dan Livonia ditaklukkan oleh Kekaisaran Rusia pada 1721. Mayoritas Muslim berimigrasi ke Estonia selama pendudukan Soviet di Estonia antara tahun 1940 dan 1991 .

Meski minoritas, Muslim di kawasan ini secara umum tetap cinta damai, homogen, dan terintegrasi dengan baik ke dalam masyarakat Estonia. Imigrasi besar-besaran  penganut Muslim ke Estonia pada masa awal telah menyebabkan akulturasi budaya dan entitas yang sangat apik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement