Jumat 23 Sep 2016 15:30 WIB

Arsitektur Masjid Cheng Ho Sriwijaya Padukan Tiga Budaya

Rep: Maspriel Aries/ Red: Agung Sasongko
Masjid Cheng Ho, Sriwijaya
Foto: indonesiakaya.com
Masjid Cheng Ho, Sriwijaya

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Ada tiga pintu gerbang untuk memasuki halaman Masjid Muhammad Cheng Ho Sriwijaya, Palembang. Pintu gerbang utama berada di sebelah timur, dua gerbang lainnya ada di sebelah barat dan utara.

Bagi jamaah yang datang berjalan kaki lebih memilih masuk dari gerbang sebelah barat dan bagi yang membawa kendaraan masuk masjid dari gerbang sebelah utara. Padahal, gerbang utama di sebelah timur.

(Baca: Pesona Masjid Cheng Ho Sriwijaya)

 

Memasuki gerbang masjid dari sebelah barat, jamaah akan melewati gapura dengan desain arsitektur perpaduan antara gaya Tiongkok dan Palembang. Gerbang dicat dengan warna merah terakota, kuning emas, dan hijau. Alhasil, selintas kita melihat gerbang atau gapura tersebut seperti gapura sebuah pagoda. Atap gapura tersebut perpaduan bentuk atap rumah adat Palembang yang berbentuk limas dengan warna atap kuning emas.

Memandang ke atas atap masjid akan terlihat kubah utama berwarna hijau, seperti kubah masjid layaknya yang ada di Saudi Arabia dan negara-negara Timur Tengah lainnya. Di bagian atap pada empat sudutnya ada atap rumah berbentuk limas berwarna hijau yang merupakan salah satu bentuk rumah adat di Palembang.

Dua menara yang mengapit bangun utama-tidak menempel dengan bangunan utama-desainnya mengambil bentuk pagoda yang menjadi ciri rumah peribadatan di Tiongkok. Dua menara ini yang berada di sebelah utara dan selatan, di lantai dasarnya dimanfaatkan untuk tempat berwudhu. Tempat berwudhu bagi jamaah pria dan wanita terpisah.

Saat menjejakkan kaki untuk masuk ke dalam masjid, ada tiga pintu masuk yang berada di sebelah utara, selatan, dan timur. Layaknya pintu masjid, bagian atasnya dibuat melengkung. Jika masuk melalui pintu utama yang berada di bagian timur, bagian atas pintu tidak melengkuk, berbentuk datar.

Di bagian ini terpantul nuansa Tiongkok, nuansa ini dipertegas dengan daun pintu yang dicat hijau dengan motif kotak-kotak seperti ventilasi angin. Pintu ini mengingatkan pada pintu di ruang-ruang istana pada kerajaan Tiongkok kuno.

Selain itu, jendela yang lebar dengan ventilasi udaranya yang juga lebar membuat sirkulasi udara begitu bebas masuk dan keluar ke ruang shalat. Banyak jamaah mengaku sejuk berada di dalam masjid tersebut walau tidak dilengkapi AC melainkan hanya kipas angin. Jendela dan ventilasi udara yang lebar juga membuat masjid ini hemat energi karena tidak membutuhkan cahaya listrik pada siang hari.

Berada di dalam ruang masjid warna merah terakota tetap terlihat pada delapan tiang utama dari masjid berlantai dua tersebut. Sementara, dinding masjid berwarna krim. Jika kita menengadah ke atas melihat langit-langit masjid, seluruhnya berwarana putih termasuk lengkungan kubah juga berwarna putih.

Di bagian dinding yang menempel ke lantai dua tertulis kaligrafi yang dibuat mengelilingi ruang dalam masjid. Kaligrafi membuat suasana beribadah semakin khusyuk. Walau Masjid Cheng Ho Sriwijaya berada di tengah Kompleks Perumahaan Top, saat shalat berlangsung tidak terdengar suara berisik dari luar masjid atau suara kendaraan bermotor yang melintas di sebelah masjid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement