Rabu 27 Jul 2016 21:17 WIB

Catatan Gemilang Kejayaan Islam di Baghdad

Rep: mgrol71/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi kota melingkar Baghdad di abad ke-10.
Foto: ist
Ilustrasi kota melingkar Baghdad di abad ke-10.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -–Pada 12 abad silam, Baghdad menjadi pusat peradaban Islam. Di kota tersebut, berkumpul pada tokoh intelektual dan budaya. Sebut saja, Al-Rashid, Al-Ma'mun, Al-Mu'tadhid, dan Al-Muktafi.

Berikut perjalanan kota yang kini menjadi ibu kota Irak tersebut:

1. Masa pembangunan

Beberapa khalifah yang terkenal di Baghdad termasuk Al-Rashid dan Al-Ma'mun telah mengambil peran penting.peletakan batu pertama serta mengumpulkan sejumlah buku dari Timur dan Barat. Para khalifah tersebut membawa para ulama dari berbagai penjuru dunia Muslim untuk membuat salah satu akademi intelektual terbesar dalam sejarah.

Baghdad awalnya dibangun oleh Khalifah Harun Al-Rashid (786-809 M) sebagai perpustakaan termegah bernama Khizanat al-Hikma (perpustakaan pengetahuan) termasuk naskah dan buku yang dikumpulkan oleh ayah dan kakeknya tentang berbagai mata pelajaran tentang seni dan ilmu pengetahuan dan dalam bahasa yang berbeda.

Tiga dekade kemudian, koleksi perpustakaan bertambah. Khalifah Al-Ma'mun membangun ekstensi untuk bangunan asli hingga mengubahnya menjadi sebuah akademi besar yang bernama Baitul Hikmah (Rumah Pengetahuan) yang bertempat di berbagai cabang di Baghdad. Kemudian, Al-Ma'mun menambahkan banyak pusat studi lain untuk memungkinkan lebih banyak sarjana untuk mengejar penelitian dan membuat observatorium pada 829 M.

2. Pendidikan

Kota Baghdad yang dijuluki sebagai 'Rumah Pengetahuan' ini, para penerjemah, ilmuwan, ahli-ahli Taurat, penulis, sastrawan, penyalin, dan lain-lain saling bertemu dan berdiskusi untuk memenuhi kebutuhannya. Banyak naskah dan buku dalam berbagai mata pelajaran ilmu pengetahuan serta konsep filosofis dan ide-ide dalam bahasa yang berbeda diterjemahkan.

Orang-orang dari seluruh dunia Muslim berbondong-bondong ke Baghdad, baik laki-laki maupun perempuan, dan dari berbagai agama dan etnis. Salah satunya akademisi yang terkemuka yakni Al-Kindi yang menerjemahkan karya filsuf terkenal, Aristoteles dan Hunyan bin Ishaq yang diterjemahkannya dari Hippocrates.

Selain itu ada Banu Musa bin Shakir Al-Munajjim (ahli astronomi), Yahya bin Abi Mansur Al-Munajjim Al-Ma'muni (ahli astronomi), Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi, Sa'id bin Harun Al-Katib (penulis), Hunayn bin Ishaq Al-'Ibadi dan putranya, Thabit bin Qurra, serta 'Umar bin farrukhan Al-Tibat.

3. Bahasa

Beragam bahasa termasuk bahasa Arab, Persia, bahasa Aram, Ibrani, Suriah, Yunani, dan Latin digunakan di 'Rumah Pengetahuan'.

Para ahli terus bekerja menerjemahkan tulisan lama ke dalam bahasa Arab untuk memungkinkan para ulama untuk memahami. Di antara para penerjemah yang terkenal adalah Youhanna bin Al-Batriq Al-Turjunan (Penterjemah Yunus bin Patriarki), yang menerjemahkan Kitab Al-Haywan oleh Aristoteles. Juga Hunayn bin Ishaq.

Khalifah Al-Ma'mun mengatakan telah mendorong penerjemah dan ulama untuk menambah perpustakaan di 'Rumah Pengetahuan' dengan membayar bobot masing-masing buku dalam bentuk emas.

4. Tradisi

Peralihan pengetahuan dan penciptaan pusat belajar yang suskes di Baghdad bergema di banyak kota-kota lain di seluruh peradaban Muslim. Di Kairo, Darul Hikmah dibangun pada 1005 M oleh Khalifah Al-Hakim dan berlangsung selama 165 tahun. Kota-kota lain di provinsi timur dunia Islam juga mendirikan Darul Ilmu (Rumah Pengetahuan) yang pada abad ke-9 dan ke-10 untuk meniru Baghdad.

Pada abad ke-12, Toledo di Andalusia (Spanyol) menjadi fokus dari upaya terjemahan besar. Karya Arab yang diterjemahkan ke bahasa Latin menerjemahkan beberapa teks Yunani kuno dan Kristen. Sarjana Muslim dan Yahudi berbondong-bondong ke Andalusia untuk menerjemahkan perjanjian Yunani dan Arab kuno ke bahasa Latin dan kemudian ke dalam bahasa Eropa.

Beragam bahasa termasuk bahasa Arab, Persia, bahasa Aram, Ibrani, Suriah, Yunani, dan Latin digunakan di 'Rumah Pengetahuan'.

Para ahli terus bekerja untuk menerjemahkan tulisan lama ke dalam bahasa Arab untuk memungkinkan para ulama untuk memahami. Di antara para penerjemah yang terkenal adalah Youhanna bin Al-Batriq Al-Turjunan (Penterjemah Yunus bin Patriarki), yang menerjemahkan Kitab Al-Haywan oleh Aristoteles. Juga Hunayn bin Ishaq.

Khalifah Al-Ma'mun mengatakan telah mendorong penerjemah dan ulama untuk menambah perpustakaan di 'Rumah Pengetahuan' dengan membayar bobot masing-masing buku dalam bentuk emas.

5. Belajar

Peralihan pengetahuan dan penciptaan pusat belajar yang suskes di Baghdad bergema di banyak kota-kota lain di seluruh peradaban Muslim. Di Kairo, Darul Hikmah dibangun pada 1005 M oleh Khalifah Al-Hakim dan berlangsung selama 165 tahun. Kota-kota lain di provinsi timur dunia Islam jug amendirikan Darul Ilmu (Rumah Pengetahuan) yang pada abad ke-9 dan ke-10 untuk meniru Baghdad.

Pada abad ke-12, Toledo di Andalusia (Spanyol) menjadi fokus dari upaya terjemahan besar. Karya Arab yang diterjemahkan ke bahasa Latin menerjemahkan beberapa teks Yunani kuno dan Kristen. Sarjana Muslim dan Yahudi berbondong-bondong ke Andalusia untuk menerjemahkan perjanjian Yunani dan Arab kuno ke bahasa Latin dan kemudian ke dalam bahasa Eropa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement