Senin 30 Mar 2015 08:20 WIB

Imam Al-Ghazali, Intelektual Muslim yang Belajar dari Krisis (2)

Rep: c 24/ Red: Indah Wulandari
Imam Al Ghazali
Foto: youtube
Imam Al Ghazali

REPUBLIKA.CO.ID,Al-Ghazali mempelajari semua filsafat dan berusaha mencari jawaban atas belenggu keraguan yang mengganggu pikiranya. Al-Ghazali juga pernah mengalami sakit sehingga tidak dapat lagi mengajar di Madrasah Nizhamiyah.

Ia berhenti dari kegiatan mengajarnya di Madrasah Nizhamiyah pada 488 H/1095 M dalam usia yang masih muda, 38 tahun. Kemudian dia meninggalkan Baghdad dengan memberikan kesan hendak berangkat menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci, Mekkah.

Setalah menunaikan ibadah haji, ia kembali ke Damaskus dan selanjutnya ke Baghdad pada 490 H/1097 M. Selanjutnya, ia kembali ke kota kelahiranya, Thus, untuk menjalani kehidupan sebagi seorang sufi.

Pada saat berada di Tanah Suci Mekkah, al-Ghazali mendapat informasi bahwa di Baghdad terjadi pergolakan politik. Tentara Saljuk berusaha menguasai perpolitikan di Ibu Kota Kerajaan Bani Abbas. Kekacauan pun semakin tak terkendali.

Hal tersebut semakin membuat al-Ghazali semakin kecewa. Ia sempat berjanji di depan makam Ibrahim untuk meninggalkan kehidupan istana dan tidak akan menerima apa pun bentuk imbalan dari istana.

Muslimmatters.org mencatat, setelah beberapa lama meninggalkan dunia intelektual, pada 1106 M ia mendapat tawaran kembali untuk mengajar di Madrasah Nizhamiyah. Ia menerima tawaran tersebut dan melaksanakan tugasnya dengan baik hingga 1109 M.

Ini tidak lepas dari penawaran Wazir Fakhr al-Muluk, anak Nizham al-Muluk yang sangat menghormati al-Ghazali, sebagaimana ayahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement