Senin 30 Mar 2015 07:53 WIB

Imam Al-Ghazali, Intelektual Muslim yang Belajar dari Krisis (1)

Rep: c 24/ Red: Indah Wulandari
Imam Al Ghazali
Imam Al Ghazali

REPUBLIKA.CO.ID,Pemikir Muslim yang berpengaruh dan populer, salah satunya adalah Imam al-Ghazali.

Pemikirannya meliputi banyak aspek keilmuan. Dari tafsir, hadis, fiqh, ushul fiqh, filsafat, tasawuf, teologi, pendidikan hingga politik.

Dari segala aspek keilmuan yang dikuasainya, al-Ghazali telah memberikan dan menyumbangkan pemikiranya kepada dunia. Tidak heran, saat ini banyak pengamat yang melakukan kajian terhadap pemikiran al-Ghazalli dari segala aspek keilmuan yang dikuasainya.

Al-Ghazali bernama lengkap Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazalli. Ia lahir di Ghazaleh, sebuah negeri dekat Thus, Khurasan, 1059 M/ 450 H dan meninggal di kota yang sama pada 1111 M/501 H.

Laman Muslimmatters.org mencatat, perjalanan intelektual al-Ghazali sebenarnya sangat berliku. Ia pernah mengalami semacam krisis dalam hidupnya.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, al-Ghazali mempelajari fikih kepada seorang ulama bernama Ahmad ibn Muhammad al-Rasykani di Thus pada 1073 M/465 H. Setelah itu dia berangkat ke Jurjan melanjutkan studi hadis pada seorang ulama mazhab Syafi'i bernama Abu al-Qasim al-Isma'ili.

Kemudian, ia belajar kepada Imam al-Haramain al-Juwaini (419-478 H/1028-1085 M), guru besar mazhab Syafi'i di Madrasah Nizhamiyah di Naisabur, 473 H. Dari Imam al-Haramain ini al-Ghazali belajar filsafat, kalam, dan mantik atau logika.

Sepeninggal Imam al-Juwaini, Nizham al-Muluk (408-485 H), Perdana Menteri Sultan Saljuk memintanya menjadi guru besar di Madrasah Nizhamiyah menggantikan al-Juwaini. Pada masa inilah al-Ghazali mengalami krisis dalam perjalanan intelektualnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement