Sabtu 21 Mar 2015 17:20 WIB

Revolusi Budak Muslim di Brasil (1)

Rep: mg03/ Red: Indah Wulandari
Budak di Brasil
Foto: virginia.edu
Budak di Brasil

REPUBLIKA.CO.ID,Sejak tahun 1500 sampai 1800 Masehi, berbagai negara di Eropa terlibat dalam praktek perdagangan budak yang tidak manusiawi. Selama periode tersebut, lebih dari 12 juta orang Afrika dibawa ke Amerika Utara dan Selatan dengan menggunakan kapal untuk dipekerjakan sebagai budak.

Warisan perbudakan bahkan masih hidup hingga hari ini. Kerugian ekonomi bagi warga kulit hitam di Amerika, dan perpecahan di Afrika.

Salah satu aspek perbudakan yang terabaikan dalam catatan sejarah adalah dampak dari pemberontakan kaum budak. Orang Afrika tidak rela dengan hidup baru mereka yang tidak menyenangkan. Dalam berbagai kesempatan, para budak berjuang melawan tuan-tuan mereka.

Dikutip dari situs entoen.nu, pemberontakan Bahia adalah contoh pemberontakan yang paling terkenal dan berhasil. Terjadi pada tahun 1835 di Brazil, pemberontakan ini dipimpin oleh orang islam, tak seperti pemberontakan lain pada masa itu.

Pada dasarnya, Brasil adalah koloni Portugis sampai pada tahun 1822, ketika mereka mendapatkan kemerdekaan. Menurut pemerintah, perdagangan budak dimulai dari awal adanya pemukiman Portugis sampai akhir 1800-an. Di negara bagian timur Bahia, sepertiga pekerja kasar adalah budak.

Memahami darimana budak ini berasal sangat penting untuk mengetahui kenapa pemberontakan bisa sangat sukses. Sebagian besar budak datang dari Senegambia (di pantai barat Afrika), dan sebagian lainnya dari Teluk Benin (Benin, Togo dan Nigeria).

Hampir seluruh budak dari daerah daerah tersebut adalah Muslim. Orang-orang Wolof dan Mandinke dari Senegambia sepenuhnya muslim pada tahun 1400-an, dan mereka sangat terdidik dalam hal agama Islam. Banyak sarjana di antara mereka. Orang-orang Yoruba, Nupe, dan Hausa dari Benin juga sepenuhnya Muslim sejak 1500-an.

Ketika budak-budak Muslim ini tiba di Brazil, mereka terus memegang teguh keislaman mereka. Bahkan para budak menolak untuk menjadi Katolik seperti tuan mereka.

Walaupun dalam perbudakan, mereka berhasil mendirikan sebuah komunitas Islam yang mempunyai ulama, masjid, sekolah, dan kegiatan keagamaan rutin. Di ibukota Bahia, Salvador, tempat pemberontakan terjadi, ada lebih dari 20 masjid berbeda yang dibangun baik oleh budak ataupun orang merdeka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement