Sabtu 24 Mar 2018 14:52 WIB

Menakar Kehebatan Kita

Kekuatan dan kehebatan sejati adalah ketika seseorang mampu istiqamah.

Jamaah yang sakit dan dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi (Ilustrasi)
Foto: ANTARA/Maha Eka Swasta
Jamaah yang sakit dan dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID , Oleh: Johansyah

Beberapa waktu lalu saya berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguk paman yang sedang dirawat di sana. Keadaannya memprihatinkan dan saya sempat meneteskan air mata, tidak sanggup menatapnya lama. Napasnya sesak, tidak lagi normal sebagaimana orang sehat.

Tatapannya kosong dan tidak dapat lagi berkomunikasi dengan orang yang datang membesuknya. Alat-alat kesehatan yang saya tidak kenal apa saja namanya, ada yang terpasang di kaki, di tangan, dan di hidung. Kondisinya sudah demikian sekarat.

Di ruang terpisah, saya juga menyempatkan diri menjenguk orang tua dari teman saya yang terkena penyakit stroke. Usianya lumayan tua, delapan puluh tujuh tahun. Keadaannya kurang lebih sama dengan paman tadi. Harapan untuk sehat seperti sediakala sepertinya tipis, tapi memang tidak ada yang mustahil, kalau Allah berkehendak untuk menyembuhkannya, itu adalah kuasanya Allah.

Apa yang terbayang dalam benak kita adalah bahwa mereka yang terkapar tak berdaya ini dulunya adalah sosok yang kuat dan kekar. Lalu sekarang di mana kekuatan dan kehebatan itu? Sungguh sangat kecil kekuatan dan kehebatan manusia.

Ini dapat dimilikinya ketika masih muda atau ketika dia belum ditimpa penyakit. Sedikit pun tidak ada daya upaya manusia untuk mempertahankan kekuatan yang ada dalam dirinya. Seiring usia berjalan, kekuatan fisik terus terkikis dan terkuras. Atau bahkan masih muda saat seseorang terkena penyakit.

Sungguh manusia ini sangat lemah. Untuk itu, tidak usah sombong, merasa diri hebat, suka meremehkan orang lain, dan sifat buruk lainnya. Kekuatan dan kehebatan fisik yang kita miliki pada waktunya akan dicabut oleh Allah dan manusia tidak memiliki daya untuk menahannya.

Kalau begitu, selagi masih diberikan kekuatan dan kesehatan fisik, manfaatkan untuk hal-hal yang positif dan sesuatu yang bermanfaat sehingga saat terkapar tak berdaya kita tidak menyesal.

Berapa banyak orang yang ketika sakit merasa bersalah dan menyesal karena saat sehat dia kurang taat menjalankan ibadah dan minim berbuat kebaikan. Ya, kalau Allah memberikan kesempatan dan kesehatan baginya, tapi bagaimana kalau Allah memanggil untuk segera kembali kepada-Nya?

Karena itulah dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menegaskan bahwa ingatlah yang lima sebelum datang yang lima; muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, masa luang sebelum masa sibuk, dan hidup sebelum mati.

Beliau mengingatkan umatnya agar tidak lalai dan selalu siap dengan perubahan kondisi yang ditimpakan Allah kepada seseorang. Intinya selagi hidup, muda, ada kesem patan, sehat, dan selagi dititipi kekayaan, manfaatkan untuk berbuat baik, membantu yang lemah, peduli pada orang lain. Kesempatan itu mungkin hanya datang sekali.

Hebatkah manusia, seberapa hebat, dan seberapa lama hebatnya? Hebatnya manusia tidak lain adalah secuil kehebatan yang dititipkan Allah kepadanya. Kehebatan manusia bagaikan embun pagi, ke ti ka panas datang dia pun menghilang.

Maka, sesungguhnya kekuatan dan kehebatan sejati adalah ketika seseorang mampu istiqamah dalam keimanan serta melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi diri dan orang lain. Itulah orang hebat yang sesungguhnya.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement