Selasa 02 Jan 2018 16:10 WIB

Tahun Optimistis

Suasana Kota Jakarta saat malam pergantian tahun baru 2018, Jakarta, Senin (1/1).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Suasana Kota Jakarta saat malam pergantian tahun baru 2018, Jakarta, Senin (1/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Oleh: Ustaz Yusuf Mansur

Apa yang kita ucapkan. Apalagi sering diucapkan. Berulang dan berulang. Apa yang kita tulis. Apalagi sering ditulis. Berulang dan berulang. Hendaknya jangan berisi kekhawatiran, ketakutan, dan hal-hal yang menjadi horor buat diri sendiri. Akhirnya pun, bikin seram sendiri. Bikin gelisah sendiri. Bikin takut sendiri.

Dan makin kemudian diucapkan, diperdengarkan, ditulis, diperlihatkan, maka semakin juga ia akan mewujud. Seakan dengan izin-Nya, menjadi sebuah pembenaran, terhadap segala apa yang sedang diperbincangkan dan dibaca. Salah satunya adalah perihal keadaan ekonomi dan politik, 2018. Seliweran data dan fakta. Boleh-boleh saja. Sah. Apalagi jika data dan fakta itu valid.

Namun, saya, Yusuf Mansur, secara pernah dengan Izin Allah, ada di posisi no hope. Apalagi, dream. No dream banget, dah. Maka itu, berdiri di atas prediksi gelap, sangat tidak menyenangkan, sangat tidak menguntungkan, sangat menyakitkan. Bikin kalut. Bikin takut. Bikin lemas.

Karena itu, saya memilih, data dan fakta yang lain. Yakni, data dan fakta iman. Tentang Kuasa dan Kebesaran Allah. Saya memilih melihat data itu. Pelan-pelan, hati ini hidup. Mampu tenang pula. Dan terus merapat ke Allah. Minta diberi petunjuk dan dibukakan jalan. Kuasa dan Kebesaran Allah pun datang. Allah memperlihatkan mereka yang berdiri di atas keyakinan dan kepercayaannya kepada Allah. Kayak apa pun kejadian dan keadaan hamba- Nya itu.

Sebaliknya. Allah pun akan mewujudkan saja, apa yang menjadi ketakutan dan kekhawatiran. Karena itu, satu negeri, satu bangsa, ayo positif saja memandang 2018, dan tahun-tahun seterusnya. Tentu saja, jangan konyol. Jangan sampai tidak ada ikhtiar imannya.

Harus ada upaya perenungan dan perbaikan. Seraya mendekatkan diri ke Allah, beribadah dan berdoa. Menemani segala ikhtiar kita bersama. Dan harapan itu, akan selalu ada. Sebab, Dia adalah Allah. Tuhan Yang Maha Segala-galanya. Apa yang tidak mungkin buat Allah? Semuanya mungkin.

Apa yang susah bagi Allah? Semuanya mudah. Termasuk memberi makan tanpa kepayahan satu negeri. Memberi segala apa yang diperlukan, dibutuhkan, dan yang diminta, oleh kita semua, rakyat Indonesia.

Ada Allah. Lihatlah Allah. Jangan lihat masalah, dengan segala keterbatasan diri dan sekitar. Apalagi kenyataannya, bila hidup sebenarnya tidak pahit-pahit amat. Cuma kurang bersyukur saja. Tidak mau hidup menderita, tapi malas bekerja, malas berpikir, malas berusaha, malas pula beribadah dan berdoa.

Dan justru senangnya cari masalah. Bermaksiat, bertikai, bermusuhan. Hidup ini penuh keajaiban. Tapi buat mereka yang percaya. Maka ayolah. Seringlah bicara, mengucap, memperdengarkan, menulis, bahwa bersama Allah, tahun 2018, dan bahkan seterusnya, adalah tahun optimistis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement