Selasa 20 Jun 2017 12:40 WIB

Puasa Ramadhan dan Ukhuwah Kebangsaan

Ramadhan
Foto: IST
Ramadhan

Oleh: Shalahudin Wahid

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ukhuwah Islamiyah bisa dimaknai sebagai persaudaraan sesama Muslim atau sebagai persaudaraan berdasarkan ajaran Islam. Persaudaraan sesama Muslim adalah ukhuwwal bainal muslimin. Ukhuwwah wahtoniyah juga dimaknai sebagai persaudaraan sesama warga bangsa (Indonesia) dan bisa dimaknai sebagai persaudaraan berdasarkan nilai-nilai kebangsaan.

Ukhuwah kebangsaan merupakan persaudaraan berdasarkan nilai-nilai bangsa Indonesia, yaitu nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila dan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Ni lai-nilai Pancasila sesuai dengan nilainilai agama Islam dan juga agamaagama lain.

Bhinneka Tunggal Ika adalah sem boyan yang memberi tempat utama bagi kebinekaan bangsa Indonesia. Kebinekaan membutuhkan prasyarat adanya sikap toleran antarwarga bangsa. Secara sederhana, toleransi adalah menghargai perbedaan. Kata lain dari menghormati adalah menghargai, menerima, dan meneng gang. Kata lain dari perbedaan adalah keragaman, pluralitas, kebinekaan, kemajemukan.

Perbedaan itu meliputi banyak hal: etnis, suku, kebudayaan, agama, status sosial-ekonomi. Dari sekian banyak perbedaan itu, menurut saya yang masih menjadi masalah adalah aspek agama dan ada kalanya aspek status sosial ekonomi.

Puasa secara ragawi adalah me nahan diri dari makan dan minum, hu bungan suami-istri dari subuh sampai maghrib, dan mencegah anggota ba dan kita melakukan segala sesuatu yang dilarang agama. Puasa secara batin ialah menahan diri dari segala hal yang bisa merusak puasa seperti marah, berbohong.

Kita menyaksikan bahwa di Indo ne sia dan berbagai negara, kegiatan bu ka puasa bersama yang dihadiri juga oleh non-Muslim sudah menjadi kebiasaan. Dalam kegiatan tersebut, silaturahim antaragama dapat dilaku kan dengan baik.

Suasana persaudaraan tanpa memandang agama itu bisa tumbuh dengan baik sehingga dapat membantu menyelesaikan masalah apabila timbul gesekan di antara Muslim dan non-Muslim. Saling toleran dalam bulan Ra madhan perlu dilakukan oleh Musli min dan non-Muslim dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam berpuasa, kita merasakan lapar yang bersifat sementara sampai tiba waktu maghrib. Dengan merasakan lapar bersifat sementara itu, kita diharapkan bisa merasakan beratnya rasa lapar permanen yang dirasakan oleh orang yang tidak punya cukup uang.

Dampak yang diharapkan ialah kita mau membantu orang yang kekurangan, tanpa memandang agama, suku, dan etnis. Tetapi, tidak semua orang berpuasa Ramadhan bisa memperoleh dampak positif itu. Petugas pelayanan masyarakat yang beragama non-Islam umumnya bekerja pada saat berlebaran. Sebaliknya, petugas beragama Islam bertugas pada hari Natal. Hal ini menunjukkan sikap tenggang rasa yang tinggi pada kedua pihak. Sikap tenggang rasa ini diharapkan berdampak pada berbagai bidang kehidupan lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement