Rabu 14 Jun 2017 16:00 WIB

Berharap Lebih Syahdu

Ramadhan
Foto: IST
Ramadhan

Oleh: Ustaz Arifin Ilham

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikhwahfillah .... Tidak terasa Ramadhan telah membersamai kita 17 hari lamanya. Berbagai cerita seru, haru, dan syahdu bersatu. Meski masih terus menggelayut di hati ini. Apakah kehadiran Ramadhan lebih dari separuh bulan ini membekasi hal indah di hadirat-Nya? Rasanya akan tetap syahdu, bahkan meningkat nikmat lagi lezat jika kita adalah bagian dari ruhiyah pertama dari dua ruhiyah yang ada.

Ruhiyah pertama adalah ruhiyah orang-orang beriman yang sebelum Ramadhan datang, mereka telah di sibukkan dengan ketaatan dan ke baik an. Lalu saat Ramadhan meng hampiri, hamba-hamba-Nya yang hebat ini semakin sibuk dalam me ning katkan ketaatan diri mereka. Mereka meng anggap Ramadhan sebagai 'ghanimah' (harta rampasan) dari Allah.

Di dalamnya, amal-amal hamba dilipatgandakan. Kemudian, saat Ramadhan benar-benar meninggal kan mereka, maka mereka tetap dalam ketaatan dan kesungguhan mengejar beragam kebaikan akhirat. Hamba-hamba 'fitri' ini sadar bahwa justru di luar bulan Rama dha n lah seharusnya mereka lebih giat ber amal, karena pahala mereka tidak dilipatgandakan sebagaimana di bulan Ramadhan. Inilah ruhiyah menakjub kan yang insya Allah jika pun harus berhadapan dengan patok kematian, mereka diliputi ketenangan yang mendamaikan. Keyakinan mereka kuat, pasti akan ada seruan untuknya, "Yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah (Wahai jiwa-jiwa yang tenang)."

Ruhiyah kedua adalah ruhiyah yang terlenakan oleh kelalaian, tersibukkan oleh kemaksiatan dan terbuai oleh kenikmatan dunia yang menghinakan. Lalu saat Ramadhan datang, mereka kemudian menyingsingkan lengan dan meninggalkan semua kemaksiatan tersebut. Kemudian melakukan ketaatan dan kebaikan pada hari-hari Ramadhan. Mereka menyibukkan diri dengan Alquran, puasa, shalat malam, dan mereka menangis mengingat segala kemaksiatan mereka.

Namun, saat Ramadhan berlalu, segala kebaikan mereka juga ikut berlalu. Mereka kembali kepada keburukan-keburukan yang telah mereka tinggalkan sebelumnya. Maka untuk orang-orang seperti ini, tentu sangat disayangkan. Merekalah serugi-ruginya manusia. Ramadhan hanya satu bulan, sementara Allah di atas segala bulan. Dia akan selalu ada dalam rentang perjalanan bulan, baik di sini maupun nanti di 'sana'.

Ikhwah fillah ... surga tinggal selangkah kita masuki. Tapi, kita berpaling bahkan menjerembapkan diri ke kehinaan dunia. Neraka sudah terkunci. Mengapa kita membukanya dengan kemaksiatan dan dosa. "Dan janganlah kalian seperti seorang perempuan yang mengurai kembali benang yang sudah dipintalnya dengan kuat menjadi cerai berai." (QS an-Nahl: 92).

Bukankah selama Ramadhan kita telah menyibukkan diri dengan memintal benang-benang ketakwaan dengan segala jerih lapar haus kita? Sehingga terbentuklah sebuah baju ketakwaan yang akan melindungi dari pedihnya api neraka dan memasukkan kita pada indahnya surga. Kini masih ada 10 hari untuk kita ber layar lagi lebih syahdu dan nikmat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement