Selasa 21 Mar 2017 00:30 WIB

Belajar dari Burung Hudhud

Rep: mgrol95/ Red: Agus Yulianto
 Ketua Umum PP Salimah Dra Hj Siti Faizah
Foto: dok.Istimewa
Ketua Umum PP Salimah Dra Hj Siti Faizah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : Dra. Hj. Siti Faizah *)

Burung Hudhud sudah tersohor sejak kenabian Sulaiman AS, raja sekaligus utusan Allat Ta’ala yang diberikan kemampuan untuk memahami bahasa burung dan menaklukannya untuk memperkuat bala tentara dan kekuatan dakwahnya. Kisah burung ini unik dan heroik, patut menjadi ibroh bagi manusia sepanjang zaman. Cerita tersebut diabadikan-Nya dalam Alquran, Surah An-Naml ayat 22 sampai 23.

Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, “Mengapa aku tidak melihat Hudhud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku akan benar-benar mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika dia benar-benar datang kepadaku dengan alasan yang terang.”

Maka tidak lama kemudian (datanglah Hudhud), lalu ia berkata, “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Sab, suatu berita yang penting dan diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.”

Nama Hudhud berasal dari bahasa arab. Orang arab telah mengenalnya dan menamai burung tersebut sejak zaman dahulu kala. Di Indonesia dikenal dengan nama hupo tunggal, dapat dijumpai di hutan-hutan Kalimantan dan Sumatra. Burung ini, memiliki jambul panjang di kepalanya, warna kepala hingga punggung cokelat muda, sedangkan sayap dan ekor putih bergaris hitam. Termasuk burung yang cukup langka di Indonesia. Persebaran burung ini meliputi Afrika, Asia, dan Eropa.

Sebagaimana Allah Ta’ala menciptakan setiap makhluk dengan perbedaan bentuk, tabiat, potensi, tugas, tujuan dan lainnya. Burung yang dalam bahasa inggris disebut hoopoe ini, merupakan burung diurnal, yakni aktif di siang hari, mencari makan serangga-serangga kecil, seperti ulat, belalang, dan kumbang. Hal ini memperlihatkan sosok burung yang suka berkelana, aktif, dan dinamis.

Dinamai hupo karena suaranya yang terdengar tidak indah, seperti huuf huuf huuf. Biasa bersarang di lubang–lubang pohon, bekas sarang hewan lain. Sungguh memperlihatkan sisi fleksibelitas hidup. Terkandung pula makna tanggung jawab yang besar, saat hupo dewasa akan menjaga dan memberikan makan anaknya hingga cukup dewasa dan bias mencari makan sendiri.

Sayyid quthb menyebutkan bahwa Hud Hud yang menakjubkan ini bukan sembarang burung yang bertebaran dimana-mana. Namun, salah satu kepala pasukan jenis burung di zaman Nabi Sulaiman ini khusus, sebagai bentuk mukjizat luar biasa. Karena memiliki nalar, kecerdasan, iman, dan piawaiam dalam menyampaikan berita, memiliki kesadaran watak posisinya dan membuat isyarat yang cerdas.

Tampak sense of belonging yang baik terhadap misi dakwah yang di embannya, dibalik kemampuan yang Allah Ta’ala anugerahkan, berupa kemampuan terbang sangat jauh dari Palestina menuju Yaman kemudia kembali ke negeri asalnya. Ilmuan yang pernah meneliti menyebut bahwa mereka mampu terbang sampai melewati puluhan negara sekalipun. Terlihat memiliki loyalitas tinggi dan disiplin, semangat memberi dan berkorban.

Dengan kemampuannya, Hudhud menyadari tanggung jawab akan tugas dan misi yang di embannya dengan baik, yakni memberi dukungan dan loyalitas terhadap Allah Ta’ala dengan membantu tugas dakwah Nabi Sulaiman dijalan-Nya, "Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah…" (Qs an-Naml: 26)

Menyadari posisi dan peluang dakwah yang bias dilakukan sebagai salah satu tentara dan tugas sebagai makhluk Allah Ta’ala, Hudhud memperlihatkan kreativitas dakwah dan mampu berinisatif, tatkala melihat ratu Bilqis dan rakyatnya menyembah matahari, bukan mengabdi kepada Allah Ta’ala semata. Pengorbanan seekor burung yang absen tatkala apel siaga di pagi itu, menjadi bukti sejarah ketatan makhluk terhadap Sang Pencipta dan Nabi-Nya. Menjadi prestasi dibalik lelah dan letihnya dan mengukir prestasi dihadapan-Nya.

Hupo juga memiliki metode perlindungan diri yang unik, melumuri bulu tubuhnya dengan cairan berbau busuk yang dikeluarkan dari sekitar klokoar (dubur) kearah mata untuk mengusir pemangsa atau hewan pengganggu. Di antara keberkahan hidup mereka tatkala mau terlibat dalam dakwah, termasuk spesies burung yang jarang ditangkap manusia, baik untuk dimakan maupun sebagai hewan peliharaan. Sungguh keberkahan bagi orang-orang yang berimaman tatkala ia sadar akan tuga dakwah dan mau belajar meski kepada seekor burung Hudhud.

*) Ketua Umum PP Salimah 2015-2020

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement