Sabtu 18 Feb 2017 13:47 WIB

5 Faktor Penting Melahirkan "Pohon yang Baik"

Ilustrasi Keluarga Bahagia
Foto: pixabay
Ilustrasi Keluarga Bahagia

Oleh: Ustaz Hasan Basri Tanjung

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejatinya, pribadi Mukmin itu seperti pohon. Ibnu Jarir ath- Thabari dalam Tafsir Jaamiul Bayan menyebutnya pohon yang baik (syajaratun thayyibah), yakni akarnya menghujam ke bumi, batang dahannya menjulang ke langit dan berbuah di sepanjang musim (QS [14]:24-25).

Akhlak karimah adalah buah dari pendidikan Islami sesuai misi profetik Nabi Muhammad SAW (HR Ahmad). Orang tua mesti sadar bahwa anak belajar di banyak sekolah. Sekolah pertama adalah keluarga. Sekolah kedua di lembaga pendidikan formal. Sekolah ketiga lingkungan sosial keagamaan, dan sekolah keempat media dengan segala jenisnya. Keempat sekolah ini saling memengaruhi dalam membentuk kepribadian anak.

Ada lima faktor penting untuk melahirkan "pohon yang baik". Pertama, ketulusan sang pendidik. Untuk menanam pohon, dituntut ketulusan dan kelurusan niat sang penanam. Niat akan meneguhkan hati dan membuatnya bernilai ibadah. Begitu juga mendidik anak, orang tua atau guru harus ikhlas semata-mata mencari ridha Allah SWT.

Kerja keras, berangkat pagi dan pulang petang bahkan malam hari, keringat bercucuran dan air mata berurai untuk menghamparkan jalan kemuliaan bagi anak-anaknya di masa depan. Ketulusan hati orang tua inilah yang melahirkan kesungguhan, pengorbanan dan keteladanan yang akan menjadi panutan (QS [31] :12-19).

Kedua, bibit yang berkualitas. Sungguh, dari bibit yang bagus akan tumbuh pohon yang bagus pula. Jika ayah dan ibu seorang pribadi saleh, maka anak yang lahir pun saleh. Ketika seorang anak hafal Alquran 30 juz, maka lihatlah siapa orang tuanya. Lalu, pelajari bagaimana mereka mendidik diri dan anaknya mencintai Alquran. Anak berkualitas (/khair al-bariyyah) lahir dari orang tua berkualitas (QS [98]:7-8). Bibit unggul sangat ditentukan oleh bobot induk pohonnya. Pengaruh pembawaan itu penting, namun lingkungan dan pendidikan bisa membentuk mereka melebihi kedua orang tuanya.

Ketiga, tanah yang subur. Niat nan tulus dan benih unggul akan membuat tanaman semakin baik jika di semai di atas tanah subur. Seorang yang hendak menikah, patut mencari wanita yang salehah (subur) sebagai lahan ditaburinya "benih" (QS [7]:58). Anak yang belajar di empat sekolah kehidupan di atas harus menjadi tanah subur untuk tumbuhnya bibit tanaman. Orang tua mesti membangun keluarga yang baik (khair al-usrah) dan memilih sekolah terbaik untuk anaknya. Nabi SAW berpesan bahwa agama seseorang tergantung temannya, maka berhati-hatilah memilih teman (HR at-Tirmidzi).

Keempat, pengawasan yang intensif. Ketulusan hati, bibit unggul dan tanah yang subur belum cukup, namun harus diawasi pertumbuhannya. Mungkin ilalang atau hama datang menyerang tanaman. Meskipun anak-anak di pesantren harus tetap dijenguk, apalagi di sekolah yang bebas dan terbuka. Kewajiban orang tua mengawasi mereka dari segala macam virus yang merusak pertumbuhannya (QS [66]:6). Melihat lingkungan sosial yang buruk saat ini, orang tua wajib tahu anak pergi ke mana, bersama siapa, kembali pukul berapa dan untuk tujuan apa.

Kelima, pupuk yang cukup. Pohon akan tumbuh dengan baik jika diberikan pupuk dan air yang cukup. Sang penanam tentu tahu kadar dan jenis yang diperlukan, serta kapan waktu yang tepat dilakukan. Begitu pun anak-anak harus diberi pupuk motivasi dan apresiasi agar tumbuh gairah dan kekuatan. Juga, disirami air kasih sayang yang menyejukkan kerisauan hati dan pikirannya. Saya berusaha menyemangati ananda Ihza di pondok dengan mahfudzot, "man jadda wa jada, man shara dzofira" (siapa bersungguh-sungguh akan berhasil, siapa yang bersabar akan beruntung).

Orang bijak mengajarkan, "man yazra' yahsud"(siapa menanam dia akan memanen). Sekarang kita menanam, insya Allah kelak memanen yakni anak yang beriman, berilmu, beramal dan beradab. Seraya berserah diri kepada Allah SWT. Wallahu a'lam bish-shawab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement