Rabu 06 Jul 2016 14:10 WIB

Fitrah, Ukhuwah, dan Kedamaian

Libur Lebaran ini Ritz-Carlton Jakarta Mega Kuningan menawarkan sejumlah promo menarik.
Foto: ist
Libur Lebaran ini Ritz-Carlton Jakarta Mega Kuningan menawarkan sejumlah promo menarik.

Oleh Rakhmad Zailani Kiki

REPUBLIKA.CO.ID, Ramadhan  memang sudah berlalu.  Keduanya meninggalkan hamba-hamba Allah yang lemah dan mudah alpa atau khilaf. Hamba-hamba Allah yang harus kembali berjuang mempertaruhkan ketakwaan yang sempat terjaga dan naik di bulan Ramadhan. 

 

Karena  ketakwaan di luar Ramadhan sepertinya sukar untuk meningkat, tapi sangat mudah jatuh terpuruk ke titik yang paling rendah. Bagaimana tidak? Tempat-tempat dan pelaku maksiat kembali beroperasi siang dan malam; ceramah dan tontonan Islami yang begitu gencar menghampiri kaum Muslimin di prime time sebagai media peningkat keimanan  kini nyaris tak tersisa;  suasana ibadah tidak lagi semarak, jamaah masjid kembali “maju” shafnya, walau untuk shalat maghrib dan isya  sekalipun, apalagi untuk sholat subuh. 

Selain itu,  ukhuwah yang gampang kendur serta kedamaian yang mudah terusik  karena hawa nafsu yang mudah terpancing tidak ada ada yang mengingatkan lagi dengan kata-kata ana shooimun.  Hanya hamba-hamba Allah yang fitrah yang mampu menjawaga ketakwaannya, bukan saja  untuk dirinya tetapi juga untuk masyarakat sekitarnya. Siapakah hamba-hamba Allah yang fitrah ini? 

Prof Azyumardi Azra dalam khutbah Idul Fitri di Masjid Raya Jakarta Islamic Centre menjelaskan tentang hamba-hamba Allah yang fitrah ini dikaitkan dengan ukhuwah dan kedamaian. Ia menjelaskan bahwa kembali kepada “fitrah” (kesucian) setelah sebulan penuh berpuasa  di bulan Ramadhan bersumber dari surah Ar-Rum ayat 30 yang artinya: “Maka hadapkanlah dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah pada) fitrah Allah yang telah menjadikan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”  

Namun menurut dia, kembali kepada fitrah yang bersifat individual-personal belumlah cukup. Setiap Muslimin dan Muslimat yang telah kembali kepada fitrah atau kesuciannya berkewajiban memperluas kesucian itu ke tingkat sosial kemasyarakatan. Yaitu, dengan saling meminta dan memberi maaf satu sama lain, sehingga hubungan sesama muslim (ukhuwah Islamiyah) dan sesama manusia (ukhuwah insaniyah) menjadi penuh kesucian. sebagaimana Allah swt. berfirman di Q.S. Al-Hujuraat ayat 10 yang artinya  “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah antara kedaua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” 

 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement