Rabu 22 Jun 2016 10:29 WIB

Alquran yang Diimani

Alquran/ilustrasi
Alquran/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustaz Ahmad Suhail

Dunia saat ini dilanda kemelut. Manusia pun bertanya, "Apakah sesunguhnya problematika manusia modern dan bagaimana mengatasinya?" Tak seorang pun dapat menjawab pertanyaan ini dengan tuntas, meskipun mereka mengerahkan seluruh sumber daya yang ada pada diri mereka.

Bahkan seringkali sumber daya yang dimiliki itu menjadi fitnah. Itu karena manusia bukanlah pencipta dirinya sendiri. Manusia adalah sebuah misteri besar. Hanya Sang Pencipta-nya yang tahu pasti dan dapat memenuhi kebutuhannya lahir dan batin. Sayangnya, manusia berlagak pintar di hadapan Allah dan memperlakukan-Nya tak sebagaimana mestinya.

"Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah pada Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan." (QS Luqman [31]: 29)

Dengan Alquran, Allah SWT memberi petunjuk kehidupan kepada manusia secara paripurna. Tidak ada bagian Alquran yang tidak komunikatif dan solutif bagi problematika manusia, asalkan manusia memperlakukannya dengan sepatutnya. Ia mesti dipahami dan diperagakan, atau dengan kata lain ia mesti diimani.

Hanya dengan diimani, ia akan menjadi praktis, dinamis, dan memiliki daya pengaruh. "Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." (QS al-Isra’[17]: 82).

Jika Alquran belum menjadi sesuatu (ruh) yang menggerakkan atau mewarnai setiap tindakan, maka sesungguhnya itu belum menjadi iman, namun baru berupa Islam (kesediaan untuk tunduk). Iman selalu melahirkan ghirah (rasa cemburu ) terhadap kemungkaran. Munkar adalah sesuatu yang dingkari/ditentang oleh hati nurani, lawan dari makruf, yaitu sesuatu yang dikenal/diterima oleh hati nurani.

Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, ia bertutur, "Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, hendaklah dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka hendaklah dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah iman. (HR Muslim).

Mengapa demikian? Karena iman berasal dari wahyu. Dan karakter wahyu adalah sebagai kekuatan pengubah ke arah kebaikan, sebagaimana air yang dapat menghidupkan bumi setelah matinya. "Dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya ..." (Qs Al-Baqarah [2] : 164.

Jika bumi yang semula mati dapat dihidupkan dengan air, maka jiwa-jiwa manusia yang kering dan layu diterpa kerasnya kehidupan pun dapat disegarkan kembali dengan wahyu. Demikianlah, kemelut dunia ini hanya dapat diatasi dengan Alquran yang diimani. Allahu’alam bish-shawab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement