Senin 16 May 2016 05:00 WIB

Kurma Rasulullah untuk Lelaki yang 'Celaka'

Kurma
Foto: Boldsky
Kurma

Oleh Em Farobi Afandi

REPUBLIKA.CO.ID, Sahabat Abu Hurairah pernah berkisah, ketika kami (para sahabat) sedang duduk bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba datang seorang lelaki dan mengadu kepadanya, "Duhai utusan Allah, aku telah celaka." "Apa yang membuatmu celaka?" tanya Rasulullah. "Aku telah menggauli istriku, dan aku sedang berpuasa (Ramadhan)," kata lelaki tadi mengadu.

"Apakah kamu punya budak untuk dibebaskan (sebagai kafarat)?" kata Rasulullah bertanya dengan tenang. "Tidak," jawab lelaki itu. Rasulullah bertanya lagi, "Apakah kamu bisa berpuasa dua bulan berturut-turut?" "Tidak," lelaki itu kembali menjawab. "Kalau memberi makan enam puluh orang miskin, bisa?" Lelaki itu tetap menjawab, "Tidak."

Rasulullah lalu bangkit, dan tidak lama kemudian, beliau datang kembali membawa keranjang besar berisi kurma. Rasulullah memberikan sekeranjang kurma itu kepada lelaki tadi dan berpesan, "Ambil dan bersedekahlah dengan kurma ini."

Tetapi, lelaki tadi protes, "Duhai utusan Allah... Memangnya di Madinah ini ada seseorang yang lebih berhak menerima sedekah dariku? Demi Allah, di antara bumi Madinah ini tidak ada keluarga yang lebih fakir dari keluargaku." Lalu, Rasulullah tertawa hingga terlihat gigi taringnya. Rasulullah lalu berkata, "Berikanlah kurma ini kepada keluargamu." (HR Bukhari: 1834).

Sepanjang sejarah peradaban, bisa dipastikan tidak ada seorang manusia pun yang memiliki kasih sayang sesempurna Rasulullah SAW (al-Rahmah al-Syamilah). Kasih sayang Rasulullah terhadap manusia, terlebih umatnya, tidak hanya terbatas pada mereka yang taat saja, tetapi juga pada mereka yang sudah jelas melakukan perbuatan dosa.

Sebagai umat Rasulullah, kita malah sering kali berlaku sebaliknya terhadap saudara kita yang melakukan perbuatan dosa, alih-alih membimbingnya kembali kepada kebaikan dengan kasih sayang, kita sering kali malah mencaci maki dan bahkan melakukan perbuatan keji. Dan, kita juga kerap kali "merasa lebih suci" dari saudara-saudara kita yang melakukan perbuatan dosa.

Jangankan kepada saudara kita yang berbuat dosa, tak disadari kita juga berlaku keji dan jauh dari yang Rasulullah ajarkan kepada saudara sesama Muslim yang hanya berbeda pendapat dengan kita.

Bayangkan, Rasulullah SAW sama sekali tak menampakkan kekesalan, kemarahan, atau bahkan kebencian terhadap lelaki yang mengaku telah berbuat dosa di hadapannya. Rasulullah malah menyambutnya dengan penuh kasih sayang, dengan harapan lelaki itu tidak akan mengulangi perbuatan dosanya kembali.

Dakwah yang diajarkan Rasulullah kepada kita umatnya adalah dakwah dengan kasih sayang. Sudah seharusnya kita yang mengaku sebagai umat Rasulullah mengikuti semua ajaran Beliau SAW. Menebarkan kasih sayang kepada sekalian alam, bukan menebar kebencian. 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement