Jumat 01 Apr 2016 10:32 WIB

Meninggalkan Uzlah, Berangkat Jihad

Kaus anak ibu asal Prancis yang bertuliskan 'Jihad'.
Foto: leparisien.fr
Kaus anak ibu asal Prancis yang bertuliskan 'Jihad'.

Oleh ASM Romli

REPUBLIKA.CO.ID, Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di hadapan Allah dan merekalah orang-orang yang mendapat kemenangan... (QS. 9:20-22).

Alkisah, dalam sebuah perjalanan seorang sahabat Rasulullah SAW melewati sebuah tempat teduh. Di dekat tempat itu ada sumber air jernih. Tebersit dalam hatinya keinginan untuk tinggal di tempat yang menyenangkan tersebut. Ia berkata, "Alangkah nikmatnya jika aku dapat menjauhkan diri dari manusia, kemudian tinggal di tempat ini. Namun, aku tidak akan melakukannya sebelum meminta izin kepada Rasulullah SAW". 

Sahabat tersebut lantas menemui Rasulullah dan mengutarakan keinginannya. Apa jawaban Rasul? "Jangan engkau lakukan hal itu karena kedudukan orang yang berjihad di jalan Allah lebih utama daripada shalat di rumah selama tujuh puluh tahun. Tidakkah kalian menyukai jika Allah mengampuni kalian dan memasukkan kalian ke syurga? Oleh karena itu, berperanglah di jalan Allah. Barangsiapa terbunuh di jalan Allah, wajib baginya masuk syurga". 

Kisah singkat yang diceritakan Abu Hurairah di atas mengandung hikmah larangan uzlah dan perintah jihad. Rasulullah tidak mengizinkan seseorang untuk ber-uzlah, yakni menjauhi manusia dengan menyendiri di tempat sunyi, meskipun dimaksudkan untuk beribadah. Kita dilarang untuk menghindari hiruk-pikuk kehidupan, tetapi harus berjuang di tengah-tengah masyarakat. 

Kerasnya kehidupan, maraknya kemaksiatan dan kezaliman, bukan alasan untuk ber-uzlah. Justru merupakan tantangan bagi kita untuk berjihad di jalan Allah, dengan memerangi kemaksiatan dan kezaliman tersebut. Lihatlah bagaimana Rasulullah menonjolkan keutamaan jihad. 

"Lebih utama daripada shalat di rumah selama 70 tahun!" sabda beliau. Dalam Hadis lain ditegaskan, "Orang mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar menghadapi gangguan mereka itu lebih baik daripada mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar menghadapi gangguan mereka" (HR. Ahmad dan Tirmidzi). 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement