Selasa 01 Mar 2016 09:22 WIB

4 Modal Guru

Guru
Guru

Oleh: Imam Nur Suharno

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akhlakul karimah menjadi pilar utama dalam pendidikan. Hal itu pula yang menjadi keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam mendidik sahabat-sahabatnya. Dalam Alquran surah al-Qalam [68] ayat 4 serta dalam hadis riwayat Muslim dan Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah SAW berkepribadian Alquran (Kaana Khuluquhu Alquran).

Kalangan non-Muslim pun mengakui keluhuran akhlak Nabi SAW. George Bernard Shaw, seorang filsuf Inggris berkata, "Aku telah membaca kehidupan Rasul Islam dengan baik, berkali-kali, dan berkali-kali, dan aku tidak menemukan kecuali akhlak-akhlak luhur yang semestinya, dan aku sangat berharap Islam menjadi jalan bagi dunia."

 

Hal itu menegaskan bahwa Nabi SAW adalah teladan mulia dalam berbagai sisi kehidupan, termasuk dalam masalah pendidikan. Pertama, akhlak terhadap Rabbnya. Dalam urusan ibadah Nabi SAW selalu melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Ia adalah orang yang kuat ibadahnya, kuat zikirnya, tidak membiarkan waktunya berlalu tanpa manfaat, dan tidak pernah berhenti istighfar.

Nabi selalu melewati malam-malamnya dengan shalat malam, berdoa, dan bertasbih dengan khusyuk hingga terdengar dari dadanya suara seperti suara bejana yang mendidih karena menangis. Semua itu menunjukkan bukti keluhuran akhlak Nabi terhadap Rabbnya. Karena itu, yang pertama bagi seorang guru dalam menjalankan amanah sebagai pendidik adalah meningkatkan hubungan baik (akhlak) terhadap Rabbnya. Sebab, Dialah yang membolak-balikkan hati manusia (siswa).

Kedua, akhlak terhadap keluarga. Nabi SAW adalah sebaik-baik manusia, terbaik bagi keluarganya. Ia memanggil istrinya dengan panggilan paling baik (HR Bukhari). Jika di rumah, beliau terbiasa membantu keluarganya (HR Bukhari), terbiasa menjahit baju dan menambal sandalnya sendiri (HR Ahmad dan Ibnu Hibban), dan lebih pengasih kepada keluarganya (HR Muslim).

Karena itu, setelah memperbaiki hubungan baik terhadap Rabbnya, guru hendaknya memperbaiki hubungan baik terhadap keluarganya. Keluarga merupakan laboratorium pertama bagi guru dalam membentuk anak didik terbaik. Sebab, jika guru tidak dapat mendidik anak-anaknya di rumah yang jumlahnya sedikit, apalagi mendidik siswa yang jumlahnya lebih banyak.

Ketiga, akhlak terhadap sesama manusia. Nabi SAW sebagai sosok yang agung di antara semua makhluk, seperti jujur, amanah, tawadhu, pemalu, sabar, kasih sayang, lemah lembut, pemaaf, adil, memenuhi janji, dermawan, pemberani, berwibawa, dan masih banyak sifat mulia lainnya.

Sifat-sifat itu pula yang hendaknya melekat dalam diri seorang guru sebelum ia mendidik anak didik menjadi manusia-manusia yang memiliki sifat-sifat mulia tersebut. Sebab, guru adalah teladan bagi anak didiknya.

Dengan demikian, guru sebagai garda terdepan dalam pendidikan akan berhasil dalam mendidik jika guru mau meneladani kepribadian Nabi SAW. Wallahu a'lam.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement