Jumat 12 Feb 2016 08:19 WIB

Meraih Kebaikan Melalui Ujian

Cobaan hidup (ilustrasi)
Foto: Abc News
Cobaan hidup (ilustrasi)

Oleh: Ina Salma Febriany

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proses kehidupan manusia di muka bumi tak terlepas dari kekuasaan Allah Yang Maha Tak Terbatas. Kekuasaan Allah meliputi apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.

Salah satu bentuk kuasa-Nya adalah Allah ciptakan segala sesuatunya berpasang-pasangan. Keberadaan siang dan malam, panas dan hujan, lelaki dan perempuan, hitam dan putih, matahari dan bulan, termasuk di dalamnya ujian dan kebahagiaan.

Sungguh, tiada satu pun kesia-siaan dalam hidup ini, meskipun bentuknya adalah ujian. Namun kadangkala, manusia kerap menyalahartikan bentuk cinta-Nya yang datang berupa ujian. Prasangka pun datang, padahal ujian datang sebagai bentuk kasih sayang.

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan pada dirinya, maka Dia akan mengujinya,” (HR Bukhari)

Dr Musthafa Sa’id Al-Khin dalam Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyadis Shalihina, hadits di atas memberikan faedah bahwa orang yang beriman tidak akan terlepas dari ujian. Sesungguhnya, apa yang menimpanya itu tiada lain adalah kebaikan bagi dirinya, karena ketika itu ia berlindung kepada Allah Swt dan jadilah ujian-ujian itu sebagai penghapus kesalahan-kesalahannya.

Jika kita mau merenungkan ujian-ujian yang Allah berikan, sepertinya belum seberat ujian yang datang kepada para Nabi Allah—lebih khusus ujian yang Allah berikan kepada Rasul Ulul Azmi— dan secara umum ujian yang dikirim kepada Nabi-nabi yang Allah abadikan dalam Alquran. Salah satu contohnya ialah cobaan yang Allah berikan kepada Nabi Yunus as.

Allah berfirman, “Kemudian dia ikut diundi ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah (dalam undian),” (Qs Ash-Shaffaat: 141)

Firman Allah dalam surah Ash-Shaffat ayat 141 di atas adalah peristiwa saat Nabi Yunus as harus ditenggelamkan ke tengah laut. Ada peristiwa yang terjadi sebelumnya kenapa pada akhirnya Yunus as harus mengalami hal tersebut. Yunus as yang diutus kepada kaum Ninawa yang gemar menyembah patung singa, harus merasakan pedih yang teramat sangat tatkala kaumnya tersebut menolak dakwahnya mentah-mentah.

Tidak sekali dua kali Yunus as menyerukan untuk menyembah Allah saja, tidak selain-Nya, tapi berulang kali pula kaumnya tersebut membantah. Hingga suatu hari, Yunus as pun kurang kesabaran. Ia pun berniat meninggalkan kaumnya, sebelum dakwahnya usai. Ia pun memutuskan untuk pergi begitu saja tanpa ada perintah dari Allah karena kekesalan yang tidak mampu ia bendung lagi kepada kaumnya. Akhirnya, ia pun menumpang suatu perahu agar dapat menyebrang lautan.

Ibnu Katsir dalam dalam Tafsirul Quran’l Adzhim mengungkapkan ketika perahu itu mulai terombang ambing oleh ombak di sekelilingnya dan hampir tenggelam, mereka langsung saja mengadakan undian. Barangsiapa di antara mereka yang mendapatkan undian itu, ia mesti dilemparkan ke laut supaya beban perahu menjadi ringan dan seimbang kembali.

Ternyata undian itu jatuh pada Nabi Allah, yaitu Yunus as. Setelah diulang sampai ketiga kali, ternyata undian itu tetap saja jatuh pada Yunus as, tetapi mereka tidak mengingkan Yunus as dilemparkan di antara mereka.

Tanpa menunggu lama, dengan kesedihan sekaligus kepasrahannya pada Allah, Yunus as melepas bajunya dan langsung terjun ke laut, padahal mereka tidak mengharapkan hal itu terjadi. Lalu Allah Swt memerintahkan seekor ikan paus yang berasal dari laut biru agar membelah lautan dan menelan Yunus as tanpa meremukan dagingnya dan memecahkan tulangnya. Dibawalah Yunus as oleh paus mengelilingi lautan.

Di saat Yunus as berada di perut ikan paus, ia mengira dirinya sudah mati, namun kemudian bergeraklah kepala dan kedua kaki serta ujung-ujung jarinya, ternyata bersyukur ia masih hidup. Lalu ia pun berdiri dan melaksanakan shalat di perut ikan paus, dan sejumlah doa dipanjatkannya, yaitu, “Wahai Tuhanku, aku jadikan tempat ini sebagai tempat sujud kepada-Mu, yang mana tidak ada seorang pun dari manusia mengalaminya,”

Allah berfirman, “Maka sekiranya dia (Yunus) tidak termasuk orang yang banyak berzikir (bertasbih) kepada Allah niscaya dia akan tetap tinggal di perut itu sampai hari berbangkit,” (Qs Ash-Shaaffat: 143-144). Ibnu Abbas ra, Sa’id bin Jubair, Adh-Dhahak, Atha bin As-Saib, As-Sudi, Al-Hasan, dan Qatadah berkata, “Yang dimaksud dengan orang-orang yang yang senantiasa bertasbih itu ialah orang-orang yang senantiasa melaksanakan shalat, karena dijelaskan bahwa Nabi Yunus gemar melaksanakan shalat sebelumnya,”

Tidak hanya shalat di dalam ikan, Nabi Yunus juga membaca doa yang ia ulang-ulang agar Allah mau mengampuninya, “Tiada Tuhan melainkan Engkau (ya Allah) Maha Suci Engkau (daripada melakukan aniaya, tolonglah aku). Sesungguhnya aku adalah dari orang-orang yang menganiaya diri sendiri” (QS Al-Anbiya’ : 87).

Kala itu, Yunus as benar-benar kepayahan dan tiada daya upaya. Ia pasrah jika pada akhirnya, harus wafat di dalam perut ikan. Tapi ia pun menyesal dan memikirkan bagaimana kabar kaumnya setelah ia tinggal dalam keadaan yang masih kafir?

Akhirnya, Allah tak tinggal diam. Keberadaan Yunus as dalam perut ikan ternyata bersamaan dengan musibah angin besar dan banjir bah yang melanda kaum Ninawa. Mereka akhirnya menyadari bahwa musibah itu datang karena mereka tak mengiraukan ajakan Nabi Yunus untuk menyembah Allah.

Setelah sembuh berkat pertolongan Allah, Nabi Yunus as pun diperintahkan kembali kepada kaumnya. Maha Besar Allah, betapa takjubnya Yunus as tatkala mendapati seluruh kaumnya yang berjumlah 100 ribu lebih akhirnya beriman kepada Allah.

“”Dan Kami utus dia (Yunus) kepada seratus ribu lebih dari mereka. Lalu mereka beriman dan Kami berikan kesenangan hingga waktu tertentu,” (Qs Ash-Shaffat 147-148)

Nabi Yunus as pun menangis. Ia menyadari betapa baiknya Allah, padahal ia telah meninggalkan kaumnya sebelum ada perintah dari Allah dan dakwahnya belum usai. Hingga akhirnya Allah pun memberikan cobaan dengan tinggal puluhan hari di dalam perut ikan yang sungguh gelap. Ternyata, dalam cobaan itulah, Allah telah menyiapkan hadiah kebaikan untuknya; hadiah keimanan yang menyelimuti dada kaumnya. Semoga ujian-ujian yang Allah berikan, akan pula berbuah kebaikan.. Aamiin

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement