Senin 08 Feb 2016 08:15 WIB

Arham dan Silaturahim

Jabat Tangan (Ilustrasi)
Jabat Tangan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Banyak cara dilakukan orang untuk menumbuhkan dan mempererat tali persaudaraan. Sekalipun pada dasarnya manusia adalah satu moyang, yakni Adam dan Hawa, namun perselisihan dan konflik tak jarang terjadi dalam kehidupan mereka. Itu sebabnya, diperlukan sarana untuk mempersempit bahkan menghilangkan peluang terjadinya konflik dan perpecahan di antara sesama umat manusia. 

Salah satu media untuk merajut kembali kekerabatan dan mencegah terjadinya konflik itu adalah sesering mungkin melakukan komunikasi satu dengan lainnya. Dalam bahasa Alquran, hal ini dikenal dengan istilah 'silaturahmi' atau silaturrahim. 

Banyak ayat Alquran maupun Hadis yang menggambarkan bagaimana pentingnya silaturahmi. Dalam surat An-Nisaa' ayat 1 disebutkan kata 'arham'. Arham di sini ditujukan kepada segenap manusia agar bertakwa.

''Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan daripadanya diciptakan pasangannya dan dari keduanya Ia memperkembangbiakkan sebanyak-banyaknya, laki-laki dan perempuan. Bertakwalah kamu kepada Allah, yang dengan nama-Nya kamu meminta dan (hormatilah) rahim (yang mengandung kamu)...''

Arham adalah kata jamak dari rahim, dan kata dasarnya adalah rahima-yarhamu-rahiman, yang berarti 'kasih sayang', 'lembut hati', 'karunia', dan secara tersirat terdapat arti 'maaf', serta 'penuh kasih sayang' yang merupakan salah satu sifat Allah. 

Manusia semua, laki-laki dan perempuan, adalah berasal dari rahim seorang ibu, yaitu Siti Hawa. Ini membawa makna bahwa semua manusia itu pada hakikatnya bersaudara. Dalam Alquran ditegaskan: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. 

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu (Al-Hujurat: 13). Tradisi silaturahmi yang dijalankan umat Islam kini, didahului oleh tiga macam ibadah: puasa Ramadhan, shalat Id, dan mengeluarkan zakat fitrah. Semua ini diharapkan dapat memberi kesadaran yang lebih intens dalam hidup kerohanian. 

Allah SWT menegaskan: Dan balasan atas suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Maka, barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah... (QS.42: 40). Jadilah engkau seorang pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan kebaikan, dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh (QS. 7: 199). Selain Alquran, juga banyak Hadis yang menyatakan betapa perlunya saling memaafkan dan bersilaturahmi. Pahala memberi maaf sewaktu kita mampu sangat besar, kata Nabi.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement