Selasa 02 Feb 2016 03:49 WIB

Kebebasan Manusia yang Diajarkan Islam

Nilai dan kualitas manusia tecermin dari bahasa yang keluar dari mulutnya (ilustrasi)
Nilai dan kualitas manusia tecermin dari bahasa yang keluar dari mulutnya (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Islam adalah agama yang selalu menekankan kepada umatnya untuk berbuat kebajikan, kedamaian, kasih sayang, dan keselamatan. Islam merupakan agama yang menganjurkan umatnya untuk selalu berinovasi dan menuntut ilmu pengetahuan. Perhatikan firman Allah: "Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan" (QS 96: 1). 

Demikian pula dalam hal kebebasan. Rasulullah bersabda, "Telah datang kepadaku Malaikat Jibril dan berkata, 'Hai Muhammad, hiduplah sesuka hatimu, maka sesungguhnya engkau akan mati. Dan cintailah apa yang engkau cintai, sesungguhnya engkau pasti akan berpisah dengan kecintaanmu itu. Dan, beramallah apa yang engkau kehendaki karena sesungguhnya engkau akan mendapatkan balasan. Lalu, ketahuilah bahwa semulia-mulianya orang mukmin ialah orang yang melaksanakan Tahajud dan manusia yang terhormat adalah orang yang tidak meminta-minta kepada orang lain'." (HR Baihaqi dari Jabir). 

Hadis di atas menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang menjunjung kebebasan manusia. Islam memberikan kebebasan hidup, kebebasan beramal, kebebasan mencintai dan dicintai, kebebasan bekerja, bahkan kebebasan berpendapat. Namun, kebebasan yang diajarkan Islam bukanlah kebebasan tanpa batas, melainkan kebebasan yang bertanggung jawab, yaitu suatu kebebasan yang dipertimbangkan secara matang dan komprehensif, yang diatur guna keselamatan dan kemuliaan manusia. 

Suatu kebebasan yang dilandasi pertimbangan-pertimbangan yang rasional. Ada pertimbangan kehidupan akhirat setelah dunia. Ada pertimbangan mati setelah hidup dan ada pertimbangan pahala dan dosa. Perhatikan firman Allah: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari duniawi dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS 28: 77). 

Dalam konteks kekinian, kebebasan yang ada sudah kebablasan. Kebebasan yang ada sudah tidak memperhatikan lagi pengaruhnya, apalagi memperhatikan norma-norma agama maupun norma kehidupan dalam masyarakat.

Tayangan televisi, misalnya, berebut menayangkan tarian-tarian yang erotis dan menayangkannya pada waktu-waktu yang tidak terbatas. Demikian pula dengan media massa tertentu yang selalu mengekspose pornografi dan kejahatan seksual. Padahal, pada saat bersamaan, jutaan anak-anak menonton dan membacanya. Menayangkan pornografi jelas sudah merupakan kebebasan yang kebablasan, kebebasan yang merusak norma kehidupan dan ajaran agama. 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement