Rabu 18 Nov 2015 05:54 WIB

Derajat Kemuliaan Guru

hasanuddin (39), warga sumenep, madura, yang memiliki kekurangan fisik, tetap semangat mengabdi, menjadi guru
Foto: dok. dompet dhuafa
hasanuddin (39), warga sumenep, madura, yang memiliki kekurangan fisik, tetap semangat mengabdi, menjadi guru

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Asep Sapa’at

Rasulullah SAW adalah contoh terbaik figur seorang guru. Tak dinyana, posisi dan peran guru sangat menentukan potret peradaban manusia. Imam Al-Ghazali bahkan mengumpamakan guru seperti matahari yang menerangi dan memberikan kehidupan bagi umat manusia.

Lewat warisan ilmu dan keteladanan akhlaknya, guru mengarahkan manusia untuk mengetahui yang benar dan salah, yang baik dan yang buruk, sehingga mereka dapat meraih kebahagiaan dunia dan kenikmatan akhirat.

Sosok Muslim, Mukmin, dan Muttaqin bisa menjadi guru. Tentu dengan tingkat kualitas hidup dan derajat ketakwaan yang berbeda. Guru Muslim banyak, tetapi berapa banyak kita menemukan sosok guru Mukmin? Siapapun dapat mengaku Muslim.

Bila yang mengaku Muslim ini guru, dia punya posisi strategis, tapi tak selamanya mampu jadi uswah hasanah bagi murid-murid. Sebagai seorang hamba, tugas guru adalah beribadah kepada Allah SWT (QS Adz-Dzaariyaat: 56).

Karena gagal memahami dan memaknai hakikat hidup, guru Muslim mengalami disorientasi tujuan hidup. Peran dan tanggung jawab menjadi guru tak dimaknai sebagai ladang amal dan ibadah kepada Allah SWT. Tapi hanya sekadar menjalani rutinitas pekerjaan sehari-hari untuk menggugurkan kewajiban sebagai guru.

Memandang pekerjaan guru hanya berkutat dengan urusan duniawi. Tak ada kaitannya dengan kehidupan akhirat kelak. Guru berstatus Muslim banyak, guru Mukmin sedikit. Karena menjadi Mukmin lebih sulit ketimbang sekadar menjadi Muslim.

Mengaku mukmin banyak, tapi yang benahi tauhid sedikit. Menjadi Mukmin artinya membenahi tauhid, agar tahu dan kenal Allah SWT. Mengenal Allah tak lain adalah mengenal diri sendiri.

Kenalilah dirimu, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.” Mengenal diri adalah mengenal jiwa. Mengenal jiwa adalah mengendalikan nafsu.

Siapa yang dapat mengendalikan nafsu, nikmatnya terasa di hati. Siapa yang mendapat kenikmatan hati, dia kenali jiwanya. Mengenal jiwa, itulah dia telah mengenal Allah SWT. Siapa yang kenal Allah SWT, pasti cinta, takut dan rindu kepada-Nya menjadi satu.

Siapa yang cinta kepada Allah SWT, pasti dia tak akan lagi khawatir pada apapun urusan dunia. Memanipulasi dana bantuan operasional sekolah, merekayasa nilai rapor murid, korupsi jam kerja, memberi sogokan untuk licinkan jalan meraih sertifikasi guru, dan apapun yang berbau duniawi tak lagi mengusik.

Inilah takwa, milik orang-orang Muttaqin. Guru muttaqin, hidupnya selamat dan menyelamatkan. Yang belajar jadi Mukmin banyak, namun yang berhasil jadi Muttaqin sedikit. Sebab orang takwa telah melewati jihadun nafsi, jihad akbar.

Berapa banyak guru yang mampu mengendalikan nafsu? Hawa nafsu lebih cenderung kepada sifat-sifat tercela. Maka, berjuanglah untuk mengendalikan hawa nafsu agar guru tak tersesat dari jalan Allah SWT (QS Shaad: 26).

Orang takwa sudah pasti tawadhu. Arti tawadhu adalah meninggalkan hal apapun yang tak ada kaitannya untuk mengabdi pada Allah SWT. Guru takwa bisa jadi kaya raya. Tetapi ruahan kekayaan itu sungguh-sungguh untuk mengabdi pada Allah SWT.

Jika guru takwa berlimpah ilmu dan harta, dia pasti sedekahkan ilmu dan harta di jalan Allah. Rasulullah SAW bersabda: “Jadilah engkau sebagai guru, atau pelajar, atau pendengar, atau pecinta ilmu, dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima, sehingga kamu menjadi rusak.” (HR Abu Daud dan Turmizi).

Jika kita memilih jalan hidup sebagai guru, sadarkah masa depan murid-murid ada di tangan kita? Maka pahamilah, tugas utama guru adalah mendidik diri sendiri.

Jika guru berhasil mendidik diri sendiri, semoga keteladanannya bisa menginspirasi para murid. Oleh karena itu, teruslah menjadi pembelajar sejati yang istiqomah membenahi kualitas ilmu dan derajat keimanan. (QS Al-Mujadalah: 11).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement