Selasa 19 Apr 2022 11:47 WIB

Keistimewaan Malam Nuzulul Quran

Keistimewaan Malam Nuzulul Quran

Sejumlah umat muslim menyaksikan Alquran Akbar yang dipamerankan di Masjid Raya Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad (21/6).  (Antara/Yusran Uccang)
Sejumlah umat muslim menyaksikan Alquran Akbar yang dipamerankan di Masjid Raya Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad (21/6). (Antara/Yusran Uccang)

Oleh: Ustaz Muhammad Arifin Ilham*

Nanti malam, kita akan memasuki hari ke-17 bulan Ramadhan. Hari yang bersejarah dalam perjalanan kitab suci umat Islam, yaitu Alquran. Di hari inilah sebuah hal luar biasa 14 abad lebih yang lalu terjadi.

Alquran diturunkan oleh Allah melalui Malaikat Jibril kepada nabi tercinta kita, Muhammad SAW. Dan, peristiwa ini ghalib disebut dengan Nuzulul Quran.

Nuzulul Quran yang secara harfiah berarti turunnya Alquran adalah istilah yang merujuk kepada peristiwa penting mengenai penurunan wahyu Allah pertama kepada nabi dan rasul terakhir, yakni Nabi Muhammad.

 

Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surah al-Alaq ayat 1-5. Saat wahyu ini diturunkan, Nabi Muhammad sedang ber-tahannus (menyendiri) di Gua Hira. Ketika itu, tiba-tiba Malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu tersebut.

Tidak ada malam yang sangat istimewa dalam perjalanan Islam kecuali malam ini. Di malam inilah berkumpul kejadian-kejadian istimewa; sesuatu yang istimewa yang sangat diperlukan sebagai penuntun umat manusia turun, yaitu Alquran.

Terjadi pelantikan dan pengukuhan manusia paling istimewa sebagai pembawa risalah dan penjelas Alquran dan semua yang dikehendaki Allah Zat Penguasa kehidupan, yaitu Nabi Muhammad SAW, serta dibentangkan malam penentu keadaan yang ditaburi banyak kemuliaan yang satu malamnya bernilai lebih baik dari seribu bulan, yaitu malam Lailatul Qadar.

Turunnya Alquran tidak hanya sebuah penegasan atas kemuliaannya dan sekaligus yang menerimanya, yaitu Nabi Muhammad ,tetapi juga harus diiringi semangat untuk kembali kepada Alquran dan sunah, mempelajarai, menghayati, dan berazam mengamalkannya.

Antara Alquran dengan Nabi Muhammad adalah sesuatu yang tidak bisa dipisah. Bahkan, jika ingin mengetahui bagaimana Alquran dalam penerapan terbaik, jawabannya ada pada diri Nabi Muhammad.

Karena itu, Nuzulul Quran harusnya dimaknai sebagai upaya untuk kembali mempelajari Alquran dan semua sirah Nabi. Kehadiran Nabi adalah penjelas dan penerjemah paling benar terkait informasi-informasi Alquran.

Bahkan, ada yang menyebut kalimat sederhana terkait Alquran, Nabi Muhammad adalah Alquran yang berjalan. Memperingati Nuzulul Quran berarti sesungguhnya bersiap kembali menghidupkan Alquran dan sunah Nabi. Tiada hari dalam Ramadhan dan selepas Ramadhan kecuali bersama Alquran dan sunah Nabi SAW. 

*Artikel ini dimuat pertama kali di Republika.co.id pada 3 Juli 2015. Alfatihah untuk Alm Ustadz Arifin Ilham.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement