Rabu 01 Apr 2015 16:57 WIB

Tiap Umat Mempunyai Batas Waktu

Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

Oleh: Imam Nur Suharno

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu hari, seorang kakek berjalan menuju masjid. Ia melewati sekelompok anak yang sedang bermain bola. Tiba-tiba permainan itu menerbangkan debu-debu jalanan, lalu sang kakek berteriak menghentikan permainan mereka.

Ketika sang kakek mempercepat langkahnya untuk menghindari debu-debu jalanan, tiba-tiba salah seorang dari anak-anak itu bertanya, “Mau lari ke mana kamu wahai Kakek? Sebentar lagi debu-debu ini akan menyelimuti tubuhmu di kuburan.”

Sang kakek tersinggung sedikit bercampur heran dengan perkataan si anak itu. Ia pun segera berhenti, seraya berkata, “Mendekatlah kepadaku.” Tatkala anak itu sudah mendekat, sang kakek pun bertanya, “Apakah kamu memiliki cara untuk menghindari debu atau tanah kuburan itu?”

Anak itu menjawab, “Aku tahu jawabannya, tapi tanyakanlah kepada orang selain aku.”

Sang kakek menukas, “Lalu, aku harus menanyakan kepada siapa?”

Si anak menjawab, “Tanyakanlah kepada akal pikiranmu.”

Mendengar jawaban tersebut sang kakek meneteskan air mata karena takut kepada Allah. Kemudian ia meneruskan perjalanannya menuju masjid dan melaksanakan shalat dengan khusyuk.

Itulah sepenggal kisah yang memberikan pelajaran berharga kepada kita tentang nasihat kematian. Sejatinya, nasihat ini tidak hanya untuk seseorang yang sudah lanjut usia, tetapi juga untuk kita semua, baik yang tua, muda, anak-anak, kaya, miskin, pejabat, rakyat biasa, yang sehat, sakit, dan untuk siapa saja yang bernyawa.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS Ali Imran [3]:185).

Kematian merupakan sebuah kepastian. Tidak ada seorang pun yang dapat menolak, menghindar, tidak ada tawar-menawar, dan tidak ada pula pemajuan maupun penundaan. Dan, setiap orang memiliki jatah hidupnya masing-masing.

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS al-A’raf [7]: 34).

Karena itu, Rasulullah SAW berpesan, “Perbanyaklah mengingat yang memutuskan kenikmatan (yaitu kematian).” (HR Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Ibnu Majah).

Dengan mengingat kematian, seseorang akan terdorong untuk mempersiapkan bekal dengan amal kebaikan dan berusaha membersihkan kesalahan dan dosa dengan segera bertobat kepada-Nya.

Jangan berlari dari kematian sebab di manapun seseorang berada kematian itu akan menjemputnya (QS an-Nisa’ [4]: 78) dan persiapkan bekal yang cukup, yaitu ketakwaan (QS al-Baqarah [2]: 197). Selain itu, juga berbekal dengan amal saleh (HR Tirmidzi).

Semoga Allah membimbing kita untuk banyak mengingat kematian, mempersiapkan segala amal kebajikan, dan meraih husnul khotimah. Aamiin. Teruntuk Olga Syahputra, selamat jalan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement