Kamis 07 Feb 2013 00:49 WIB

Kewajiban yang Terabaikan (3)

Shalat berjamaah (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supri
Shalat berjamaah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,-- Ketika kematian menghampiri Sa'id Ibnul Musayyab, tabi'in yang paling alim, salah seorang putrinya menangis. Sa'id berkata kepada putrinya, ''Jangan menangis wahai putriku. Demi Allah, tidaklah muazin beradzan sejak empat puluh tahun lalu kecuali aku di dalam masjid.''

Aidh Alqarni mengisahkan dalam bukunya Sentuhan Spiritual Aidh Alqarni, sejak empat puluh tahun yang lalu muazin mengumandangkan adzan, Sa'id berada di dalam masjid menunggu shalat. Ia menunggu panggilan untuk shalat berjamaah.

Apa yang akan terjadi, seandainya orang pilihan itu tahu bahwa orang-orang yang menentang shalat berjamaah telah menipu dan membuang shalat serta tidak menyempurnakan sujud dan ruku'.

Apa yang akan terjadi, seandainya orang pilihan itu melihat lingkungan yang telah dipadati penduduk, tapi shalat berjamaah tidak dilaksanakan di dalam masjid kecuali hanya satu dan dua baris?

Di manakah enam atau tujuh anak dalam setiap rumah itu? Di manakah para pemuda yang sering terlihat di klub-klub dan stadion serta tempat-tempat keramaian?

Aidh Alqarni mengatakan, kita adalah saksi-saksi Allah di bumi. Kita tidak akan bersaksi kecuali kepada mereka yang shalat bersama kita di masjid lima kali dalam sehari semalam.

Apa arti proklamasi keimanan yang didengungkan oleh sejumlah orang, sementara mereka tidak menghadiri shalat berjamaah?

Para sahabat dulu mengklaim, orang-orang yang menentang shalat berjamaah sebagai orang munafik. Ibnu Mas'ud berkata, ''Engkau telah melihat kami, dan tidaklah menentang (shalat berjamaah) kecuali munafik yang jelas kemunafikannya.''

Di manakah generasi muda? Di manakah para pemuda Islam? Sementara itu, masjid mereka sunyi mengadukan kondisinya kepada Allah SWT.

n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement