Rabu 26 Jul 2017 14:19 WIB

Keutamaan Mengasuh dan Membesarkan Anak Perempuan

Rep: Nashih nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Seorang anak perempuan mengikuti pelajaran Alquran di Masjid Usman bin Affan, Khan Younis di Jalur Gaza, Palestina.
Foto: MOHAMMED SABER/EPA
Seorang anak perempuan mengikuti pelajaran Alquran di Masjid Usman bin Affan, Khan Younis di Jalur Gaza, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Buah hati adalah dambaan tiap pasangan suami dan istri. Kehadiran anak semakin menambah kesempurnaan kehidupan berumah tangga. Sebagian orang menginginkan anak mereka berjenis kelamin laki-laki. Tak sedikit pula yang mendambakan anak mereka lahir perempuan.

Lalu, manakah di antara keduanya yang lebih utama?

Melalui risalahnya yang berjudul Ziyadat al-Hasanat fi Tarbiyat al-Banat, Syekh Muhammad bin Ali al-Arfaj menegaskan laki-laki ataupun perempuan, anak adalah anugerah Allah SWT. Apa pun jenis kelamin yang diberikan merupakan ketentuan-Nya. “Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS as-Syuura [42]: 49).

Dan, tak ada satu pun yang bisa memastikan apa jenis kelamin sang anak kelak. Kemajuan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi tidak mampu menandingi ilmu dan kuasa-Nya. Sekalipun ilmu kedokteran membuka peluang untuk menentukan jenis kelamin buah hati mereka, tetap saja ilmu Allah di atas segalanya. “Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan.” (QS ar-Ra'd [13]: 8).

Atas dasar ini pula, Islam tidak memperbolehkan orang tua mendiskriminasi kasih sayang dan perhatian kepada anak. Ini penting mengingat realita yang kerap ditemui di masyarakat, orang tua lebih condong ke anak laki-laki dengan beragam alasan tentunya. Padahal, Rasul dalam sebuah hadis memerintahkan agar orang tua menyamaratakan mencium buah hatinya. Satu dicium maka yang lain mesti dicium juga. Anak laki-laki dipeluk maka jangan lupakan pula anak perempuan. Kesemuanya sama-sama berhak atas kasih sayang.

Meski demikian, Islam memberikan penekanan keutamaan mengasuh, mendidik, dan membesarkan anak perempuan. Prinsip ini memang pada mulanya untuk mendobrak paradigma dan tradisi bangsa Arab yang memarginalkan perempuan. Namun, visi mulia tersebut tetap kekal sepanjang zaman.

Berbahagialah Anda jika memiliki anak perempuan. Anda telah mendapatkan ladang amal yang teramat luar biasa dengan membesarkan anak perempuan. Curahan hati, pendidikan, asuhan, dan perhatian yang Anda berikan kepada perempuan akan berbalas setimpal.

Sebab, titah Rasulullah riwayat Bukhari dari Aisyah RA, barang siapa yang mendapat ujian apa pun dari anak perempuan, kemudian dia tetap berbuat baik kepada mereka, anak-anak tersebut akan menjadi penghalang dari api neraka. Lalu, apa sajakah yang mesti diperhatikan oleh orang tua terhadap anak perempuan mereka?

Berikan nama terbaik bagi buah hati Anda. Karena, nama adalah doa dan harapan. Tidak perlu latah dengan nama-nama asing yang tak jelas makna dan konsekuensi hukumnya. Berapa banyak anak perempuan dengan nama yang tak sesuai. Nama yang tak sesuai kurang berdampak positif baginya. “Ini sebuah permulaan yang tak baik,” kata dia.

Memenuhi kebutuhan asupan gizi yang cukup, sandang, dan pengobatan. Memberikan nafkah yang halal secara maksimal bagi anak perempuan, seperti penegasan riwayat Bukhari Muslim dari Aisyah. Seorang perempuan miskin bersama kedua balita perempuannya mendatangi Aisyah dan meminta makanan.

Istri Rasul tersebut hanya mempunyai satu butir kurma. Sebutir kurma itu pun akhirnya dibagi dua bagian untuk kedua buah hatinya. Sementara, sang ibu tak memakan apa pun. Kisah tersebut disampaikan ke Rasulullah. “Allah menghadiahkan bagi sang ibu surga dan membebaskannya dari api nereka,” sabda Rasul.

Bersikaplah lemah lembut dan muliakan anak perempuan Anda. Rasul adalah sebaik-baik contoh bagaimana mengistimewakan anak kecil, tak terkecuali perempuan. Rasul mencium, mengusap kepala, lalu mendoakan mereka. Tak jarang pula Rasul menggendong anak sembari shalat, seperti yang pernah dilakukan terhadap Umamah.

Pertahankan kelembutan dan kehangatan tersebut hingga mereka dewasa. Bahkan, saat mereka dewasa, kasih sayang itu sangat ditekankan. Ini mengingat kondisi labil yang kerap menghampiri buah hati, termasuk perempuan. Tetap dampingi mereka agar mereka tetap konsisten menjaga kehormatan dan agamanya.

Lihatlah bagaimana kehangatan yang ditunjukkan Rasul terhadap Fatimah, putri tercintanya. Tiap kali Fatimah bertandang ke rumah, dengan penuh cinta Rasul menyambutnya. “Marhaban ya ibnati, selamat datang putriku,” sambut Rasul.

Cukuplah kehadiran seorang bayi perempuan sebagai kegembiraan tak terkira bagi Anda. Karena itu, berbagilah berita gembira tersebut. Sampaikan kabar sukacita itu kepada keluarga, kerabat, dan handai tolan. Putra Ahmad bin Hanbal, Shalih, mengisahkan ketika saudara perempuannya lahir, sang ayah mengatakan, “Para nabi adalah ayah dari putri-putri mulia.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement