Ahad 04 Jun 2017 14:30 WIB

Menyoal Teror Bom

Rep: A Syalaby Ichsan/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Teror Bom
Foto: Foto : MgRol_92
Ilustrasi Teror Bom

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bom bunuh diri masih menjadi sarana efektif yang dilakukan para pelaku teror. Dengan membawa bahan peledak yang menempel di tubuhnya, mereka membuat ketakutan di area publik. Bom bunuh diri yang mengguncang Tanah Air pertama kali terjadi di Bali pada 2002 lalu. Bom itu membunuh 202 jiwa, umumnya warga sipil. 

Modus teror ini hendak meniru bom syahid yang mulai dikenal sejak abad ke-20. Ketika itu, para pejuang Palestina melakukan perlawanan kepada tentara zionis Israel dengan bom syahid. Berbeda dengan pelaku teror di Manchester dan Kampung Melayu yang mengincar sarana publik, para pejuang Palestina melakukan bom syahid untuk melawan tentara-tentara penjajah Israel. Meski demikian, masih ada pro dan kontra di kalangan ulama tentang kehalalan melakukan penyerangan dengan meledakkan diri itu.

Syekh Yusuf al-Qaradhawi termasuk dari kalangan yang paling gigih membela bom syahid. Pendapatnya didukung ulama muda Saudi, seperti Syekh Salman al-Audah dan Syekh Sulaiman Nashir al-Ulwan. Menurut mereka, pengorbanan pemuda yang melakoni bom bunuh diri untuk membela rakyat Palestina yang dibantai. Mereka tidak mempunyai model perlawanan efektif, selain dari bom bunuh diri.

Mereka yang membolehkan berdalil seperti kisah Ashabul Ukhdud (pemuda yang mengorbankan dirinya). Kisah ini ada di dalam syarah Riyadus Shalihin Jilid 1 halaman 165-166. Disebutkan, seseorang boleh mengorbankan dirinya untuk kemaslahatan kaum Muslimin secara umum. 

Pemuda itu merelakan dirinya untuk dipanah oleh raja yang zalim. Ia menahan panah dengan harapan rakyat yang menyaksikannya bisa beriman. Benar saja, setelah si raja membaca bismi rabbil ghulam (dengan nama Tuhan si pemuda ini) menggugah hati rakyat di negeri itu. Akhirnya, seluruh rakyat beserta si raja beriman dengan pengorbanan si pemuda tadi.

Sedangkan, beberapa ulama dari Saudi menolak keras model bom bunuh diri. Apalagi, sampai menyebut pelaku bom mendapatkan syahid di sisi Allah SWT. Mufti Arab Saudi Syekh Abdul Aziz al-Syaikh menyebutkan, mereka yang menjadi pelaku bom bunuh diri tidak bernilai syahid di sisi Allah.

.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement