Rabu 29 Mar 2017 14:09 WIB

Menyoal April Mop

Rep: Hafidz Muftisany/ Red: Agung Sasongko
1 April (April Mop)  / ilustrasi
Foto: Republika
1 April (April Mop) / ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fitrah manusia, apa pun agamanya, pasti menganggap perbuatan berbohong adalah hal yang tidak baik. Namun, setiap tanggal 1 April, hal ini dapat dimaklumi oleh sebagian orang dengan dalih bahwa hari itu adalah April Mop atau April Fools' Day.

Banyak yang membuat kebohongan sebagai bahan lelucon kepada orang lain. Mop sendiri berasal dari bahasa Belanda yang artinya kelakar. Pada hari ini satu sama lain saling membohongi, membuat makar kebohongan, bahkan menipu orang lain. Tujuannya hanya sebagai bahan kelakar bahkan mempermalukan orang lain. Apakah syariat memperbolehkan hal ini?

 

Jumhur ulama bersepakat, berbohong adalah perbuatan yang dilarang dan sangat dibenci dalam Islam. Walaupun hanya untuk tujuan berkelakar dan bercanda, berbohong tetaplah dilarang. Syariat hanya memperbolehkan perbuatan bohong dalam kondisi dhoruriyah (kondisi genting), yakni jika benar-benar menyangkut soal kemaslahatan umat, nyawa, atau eksistensi orang lain.

Seperti disebutkan dalam hadis, “Belum pernah aku dengar, kalimat (bohong) yang diberi keringanan untuk diucapkan manusia selain dalam tiga hal, ketika perang, dalam rangka mendamaikan antarsesama, dan suami berbohong kepada istrinya atau istri berbohong pada suaminya (jika untuk kebaikan).” (HR Muslim).

Sayangnya, umat Islam pun ikut-ikutan melakukan tradisi April Mop yang tidak baik ini. Mereka berdalih, toh hanya sekadar bahan kelakar. Tradisi April Mop ini juga menjadikan si pembuat makar kebohongan bisa terbebas dari tindakan jahatnya. Ia tidak mendapatkan konsekuensi hukum apa-apa, bahkan ia juga merasa tak perlu mengatakan sepatah kata permohonan maaf. Ketika ia mengatakan tindakan tipu daya yang diperbuatnya adalah April Mop, ia seakan terbebas begitu saja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement