Sabtu 04 Aug 2012 21:01 WIB

Hukum Zakat Penghasilan (3-habis)

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Chairul Akhmad
Zakat (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Zakat (ilustrasi).

Nishab

Terkait batas wajib kena zakat penghasilan, Ballah menuturkan muncul silang pendapat dari kalangan yang mewajibkannya.

Opsi pertama mengatakan nishabnya disamakan dengan zakat pertanian. Yaitu, bila penghasilan yang bersangkutan mencapai 653 kg hasil bumi, telah wajib zakat.

Menurut pendapat kedua, nishabnya sama dengan zakat harta kekayaan ialah sebesar 85 gram emas. Sedangkan pendapat yang kedua membedakan antara zakat profesi rutin dan tidak rutin.

Untuk profesi rutin, nishabnya 85 gram, sementara profesi tak rutin disamakan dengan zakat pertanian, yaitu 653 kg. Namun, kata Ballah, ada hal yang penting diketahui.

Sejalan dengan pendapat Syekh Qaradhawi, zakat ini diambil dari penghasilan netto. Artinya, penghasilan yang ia peroleh dikurangi dengan kebutuhan-kebutuhan wajib sehari-hari atau tuntutan utang yang mendesak dibayar.

MUI

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dikeluarkan pada 2003, juga menyatakan hukum zakat jenis ini ialah wajib. Ketentuannya selama penghasilan tersebut halal dan telah mencapai nishab dalam satu tahun. Nishab yang dirujuk fatwa MUI ialah 85 gram emas.

Terkait waktu, menurut fatwa ini zakat da pat dikeluarkan pada saat menerima jika sudah cukup nishab. Bila belum mencapai nishab, semua penghasilan dikumpulkan selama satu tahun. Kemudian, zakat dikeluarkan jika penghasilan bersihnya telah cukup nishab. Sedangkan, kadar zakat yang wajib dikeluarkan adalah 2,5 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement