Rabu 09 May 2018 12:00 WIB

Tantangan Muslim Kongo: Munculnya Ekstremisme

Mereka mendapat fitnah dan tuduhan pelanggaran hukum.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Peta Kongo
Foto: save-islam.blogspot.com
Peta Kongo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Imam Beni, Musa Angwandi saat ini, memimpin 35 ribu Muslim di wilayah tersebut. Dia memiliki peran untuk melindungi umat Islam yang difitnah di Beni karena munculnya kelompok ekstremis Allied Democratic Forces (ADF).

Menurut Angwandi, tentara Kongo melakukan operasi Rwenzori untuk mengusir ADF tahun 2010. Awalnya kelompok ini datang, kemudian berbisnis dan pergi tanpa menimbulkan masalah. Namun, mereka kembali melakukan pertempuran. Umat Islam kemudian terintimidasi. Pemerintah Kongo pun menyalahkan mereka.

Masyarakat sangat tertekan. Mereka mendapat fitnah dan tuduhan pelanggaran hukum. Angwandi khawatir jika mereka terus-menerus mendapat intimidasi, justru malah akan bergabung dengan ADF.

Jika ini terjadi, Imam Beni akan kehilangan otoritasnya untuk menenangkan situasi. Angwandi optimistis masyarakat tetap aman dan mendapat dukungan. "Komunitas Muslim memercayai saya. Mereka memilih saya dan mereka tahu saya telah bekerja untuk membangun hubungan baik dengan pemerintah lokal. Kadang-kadang saya dapat meminta seseorang dimasukkan ke penjara dan ini membantu saya mengendalikan mereka."

 

ADF pernah menyerang Kota Kamango dan menyebabkan 60 ribu orang melarikan ke Uganda. Di daerah tersebut ada sebuah masjid dekat Eringeti yang tidak lagi digunakan. Penyebabnya adalah, jamaah yang dikejar kelompok ekstremis dan kepala babi ditinggalkan di tangga masjid tersebut.

Setelah pertempuran di Kamango berakhir, Imam Beni lebih gencar berceramah bahwa ADF adalah Muslim palsu. Ini karena mereka sering mencuri sajadah dari masjid dan juga pengeras suara yang biasa digunakan untuk azan.

Mereka juga berbicara bahasa arab dengan tidak jelas. Imam Beni bahkan mengirim surat kepada kantor HAM PBB. Isinya tentang perbedaan komunitas Muslim Kongo dengan kelompok ekstremis. Ini adalah tugasnya untuk melindungi umat Islam. Dia bekerja keras untuk itu. Masalah penting bagi kelompok Muslim di Kongo adalah masyarakat sipil hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak ada perwakilan politik. Ini karena sejarah mereka untuk tetap tampil rendah diri.

Meski menyebut kelompok ADF bukan Muslim, Imam Beni membiarkan masjid terbuka untuk siapa pun, termasuk anggota ADF yang melaksanakan shalat di masjid. Tidak hanya ADF, Monusco, FARDC, dan kelompok lain bebas untuk shalat di masjid. Imam Beni mengaku tidak mungkin melakukan apa pun bagi mereka yang beribadah, termasuk menangkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement