Ahad 29 Apr 2018 09:05 WIB

Ulama Dunia akan Bahas Perang Afghanistan di Jeddah

Ulama di Jeddah akan memutuskan perang di Afghanistan tidak memiliki legalitas.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
 Serangan bom bunuh diri terjadi di luar pusat pendaftaran pemilu di Kabul, Afghanistan, Ahad (22/4).
Foto: AP/Rahmat Gul
Serangan bom bunuh diri terjadi di luar pusat pendaftaran pemilu di Kabul, Afghanistan, Ahad (22/4).

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pejabat High Peace Council (HPC) Afghanistan menyampaikan akan ada pertemuan ulama dari berbagai negara di Jeddah, Arab Saudi pada Juli 2018. Para ulama akan membahas pandangan agama terhadap perang Taliban melawan Pemerintah Afghanistan dan kehadiran pasukan asing di Afghanistan.

Juru Bicara HPC, Sayed Ehsanullah Tahiri mengatakan, Akram Khpolwak sebagai Kepala Sekretariat HPC berada di Arab Saudi. Akram telah mengadakan pertemuan dengan pihak berwenang dan anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk membicarakan pertemuan ulama pada Juli nanti.

Menurutnya, pertemuan di Jeddah akan memiliki dampak besar. Dulu ulama Pakistan telah berulang kali menyebut perang di Afghanistan sebagai jihad dan tindakan yang benar. Nanti pertemuan ulama di Jeddah akan memutuskan perang di Afghanistan tidak memiliki legalitas.

"Kami membutuhkan putusan agama pada perang ini dan agama Islam dengan tegas memerintahkan semuanya harus ada pembicaraan dan negosiasi," kata Tahiri, dilansir di Arab News, Ahad (29/4).

Tahiri juga menyampaikan, semua cendekiawan dari negara-negara Muslim harus menghadiri pertemuan di Jeddah untuk menilai perang Afghanistan dan pertumpahan darah dari sudut pandang agama.

Sebagaimana dilaporkan Arab News pada Sabtu (28/4), pertama-tama pertemuan ulama akan membahas dan meneliti perang terakhir Afghanistan yang dimulai dengan tersingkirnya Taliban pada 2001. Pembahasan ini diadakan atas permintaan HPC. Sebelumnya, HPC telah berjuang selama bertahun-tahun untuk membawa Taliban ke meja dialog.

Pertemuan ulama juga sesuai tawaran paket perdamaian Presiden Ashraf Ghani pada Februari lalu. Presiden Ashraf telah mendapat dukungan regional dan internasional. Namun, Taliban tidak menolak atau menerima tawaran tersebut. Tapi para pengamat melihat serangan Taliban pekan ini sebagai tanda penolakan tawaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement