Selasa 24 Apr 2018 19:25 WIB

Kejahatan Kebencian Anti-Muslim Meningkat di AS

Peningkatan tersebut menjadi yang kedua kali dalam dua tahun terakhir.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Muslim Amerika Emily Miry, 24, menyelesaikan shalat Ashar di Islamic Cultural Center, Manhattan, New York
Foto: Gabriella Bashkar/Reuters
Muslim Amerika Emily Miry, 24, menyelesaikan shalat Ashar di Islamic Cultural Center, Manhattan, New York

REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON -- Kejahatan kebencian menargetkan masyarakat Muslim Amerika Serikat meningkat 15 persen pada 2017. Menurut studi yang dirilis Senin (23/4) oleh kelompok advokasi Council on American-Islamic Relations, ini adalah peningkatan kedua dalam dua tahun terakhir.

CAIR mencatat 300 kejahatan kebencian pada 2017. Mulai dari aksi pemukulan pada pria Muslim di New York hingga insiden pembakaran restoran milik keluarga Muslim di Kansas. Pada 2016, jumlah insiden tersebut 260 kasus.

CAIR menyampaikan peningkatan ini dipengaruhi kebijakan Presiden Donald Trump. "Tidak ada yang seperti ini sebelumnya, komunitas Muslim menjadi samsak Presiden AS," kata pengacara CAIR, Gadeir Abbas dilansir di NY Post.

Juru bicara Gedung Putih, Kelly Love mengatakan pemerintahan Trump berpegang teguh pada segala peraturan dan regulasi, termasuk dalam penanganan kejahatan kebencian. "Presiden Trump berulang kali mengecam kekerasan, rasialisme dan kelompok-kelompok penebar kebencian," kata dia merespons surat elektronik yang dikirimkan NY Post.

Sebagai kandidat presiden dulu, Trump menjanjikan larangan total bagi Muslim masuk AS. Setelah menjabat, ia menandatangani kebijakan tersebut. Sebuah revisi kebijakan yang akhirnya memasukkan Korea Utara diberlakukan tahun lalu.

Dalam laporan, disebutkan 300 kejahatan kebencian adalah sepenggal dari total 2.599 insiden yang disebut aksi bias anti-Muslim. Jumlah tersebut naik 17 persen dari tahun sebelumnya.

Aksi-aksi tersebut diantaranya pelecehan, diskriminasi ketenagakerjaan dan diskriminasi oleh kebijakan pemerintah. CAIR mencatat juga perlakuan bias dari lembaga pemerintahan termasuk FBI dan Customs and Border Protection pada Muslim.

Lebih dari satu pertiga insiden melibatkan lembaga federal. "Ini menunjukkan level diskriminasi yang tidak pernah terjadi sebelumnya pada minoritas keagamaan di AS," katanya.

CAIR juga menyampaikan, para pengacaranya menyelidiki 5.650 laporan insiden anti-Muslim. Kesimpulannya menyebutkan hampir setengahnya terbukti otentik.

Jumlah yang tercatat oleh CAIR ini sebenarnya lebih sedikit dari data FBI. Lembaga tersebut menyebut ada 308 aksi kejahatan kebencian anti-Muslim pada 2016. Sebelumnya, aksi kebencian meningkat 44 persen pada 2016 dari 2015.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement