Jumat 23 Mar 2018 05:37 WIB

Jelang Olimpiade, Tokyo Subsidi Sertifikasi Makanan Halal

Satu juta Muslim diperkirakan mengunjungi Jepang saat Olimpiade 2020.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Ani Nursalikah
Salah satu restoran halal di Jepang
Foto: Dailyjapan
Salah satu restoran halal di Jepang

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Tokyo bersiap menjadi tuan rumah Olimpiade pada 2020. Kota itu berbenah demi menyambut kunjungan berbagai wisatawan saat gelaran akbar olahraga itu.

Bahkan, Distrik Taito di Tokyo menargetkan sejumlah pengunjung Muslim dengan mendorong bisnis makanan halal. Taito di timur laut kota metropolitan itu menerapkan skema untuk menjaring Muslim sejak 2015.

Dilansir dari laman Food Navigator-Asia pada Rabu (21/3), Taito memberi subsidi pada perusahaan makanan yang tertarik menyediakan makanan halal. Dengan demikian, melalui inisiatif itu, perusahaan makanan berstatus halal mendapat penggantian sebesar 50 persen dari biaya sertifikasi.

"Ketika Anda bepergian, anda ingin menikmati makanan dari negara itu. Jika itu tak bisa dinikmati di Taito, itu menyedihkan," kata Direktur Pariwisata Kota Taito, Takuji Kwai.

Ia mengatakan Kota Taito memiliki makanan lezat. Hal itu yang membuat Taito memutuskan ingin ikut andil menciptakan lingkungan yang dapat dinikmati Muslim.

Seorang peneliti makanan di Japan Halal Foundation (JHF) Faslin Lafir mengatakan istilah halal sangat baru pada industri makanan di Jepang. Selain itu, hanya sedikit konsumen di Jepang yang mencari makanan halal. Namun, menurut dia ada kesadaran bertahap ketika industri makanan mempelajari Islam.

Dari sudut pandang industri, perusahaan sedikit bingung tentang siapa yang mendapat sertifikasi. "Yang menjadi masalah, setiap tahun ada lebih banyak turis Muslim, terutama dari Malaysia dan Indonesia," ujar Lafir.

Saat ini, Otoritas Halal Malaysia (Jakim) melakukan akreditasi pada JHF. Menurut dia, akreditasi Jakim sangat menguntungkan perusahaan yang mendapat sertifikasi halal JHF.

"Ketika perusahaan ingin mengekspor ke Timur Tengah dan negara Muslim lainnya, lebih baik mendapat sertifikasi yang memiliki akreditasi Jakim, itu lebih bernilai bagi mereka," jelasnya.

Jumlah kedatangan turis Muslim ke Jepang meningkat sejak kelonggaran visa pengunjung Asia Tenggara pada 2013. Menurut Japan National Tourism Organization, lebih dari 394 ribu turis dari Malaysia yang mayoritas Muslim tiba pada 2016. Jumlah itu meningkat dari sebelumnya, sekitar 89 ribu pada 2009. Wisatawan dari Indonesia meningkat dari 63 ribu menjadi 271 ribu pada periode yang sama.

Diperkirakan, lebih dari 20 juta wisatawan hadir di Jepang pada 2020. Laporan itu menyebut sekitar satu juta dari turis itu adalah Muslim. Gubernur Tokyo telah bertemu dengan 17 duta besar dari negara Muslim membahas strategi melayani atlet dan turis Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement